4 Kasus Bullying Anak Selain JusticeForAudrey, Ada yang Gara-gara Softlens, No 3 Sampai Bunuh Diri

4 Kasus Bullying Anak Selain JusticeForAudrey, Ada yang Gara-gara Softlens, No 3 Sampai Bunuh Diri

Penulis: fadhila rahma | Editor: Tresia Silviana
kolase instagram
4 Kasus Bullying Anak Selain JusticeForAudrey, Ada yang Gara-gara Softlens, No 3 Sampai Bunuh Diri 

SR tewas diduga setelah berkelahi dengan rekan di sekolahnya.

Keluarga korban, Abdul Rohim membantah adiknya punya riwayat penyakit seperti apa yang disebutkan pihak sekolah, dinas terkait dan ke polisian.

Padahal selama ini adiknya tersebut sehat bahkan sehari sebelum meninggal sempat bermain layangan seperti biasa tanpa ada tanda-tanda sakit.

Rohim melanjutkan, dari informasi nenek korban, SR kerap mendapatkan perlakuan kasar dari DR (terduga pelaku) dan ibunya pernah mendatangi rumah terduga pelaku untuk mengadukan kelakuan DR yang kerap mengasari SR.

Rohim pun menyesalkan terjadinya kasus ini di lingkungan sekolah, seharusnya sekolah menjadi tempat yang aman bagi adiknya yang tengah menimba ilmu tersebut.

Pihaknya juga meminta kepada polisi agar secepatnya menyelesaikan kasus yang menewaskan adiknya itu.

2.  Anak SD Kelas 2 di Sydney Bunuh Diri

Sebuah surat dikirimkan ke sang guru sebelum seorang bocah mengakhiri hidupnya pada Februari 2019 lalu. Karena tidak tahan terus-terusan jadi korban perundungan, seorang anak SD kelas 2 di Sydney, Australia menulis pesan bunuh diri kepada gurunya.

"Tuhan, tolong cabut nyawa saya," itulah kata-kata pada pesan yang ditinggalkan oleh Jack Wilkinson.

Seminggu sebelum insiden, pesan bunuh diri itu ditinggalkan di atas meja gurunya. Jack mengaku dipukuli oleh teman-teman sekelas selama 10 menit.

Menurut ibunya, Kristy Sturgess, Jack memiliki masalah Anxiety Disoder atau gangguan kecemasan yang dialaminya sejak usia muda.

Menurut Kristy, awalnya Jack hanya menjadi korban perundungan verbal. Dia disebut gila oleh teman-temannya.

Namun semuanya berubah ketika dia masuk kelas 2. Jack mulai menerima perundungan secara fisik. " Selalu ada saja teman yang melihat Jack menjadi sasaran empuk bullying," kata ibunya.

Kata Kristy, ketika Jack berusia 6 dan 7 tahun, dia pulang dari sekolah sambil menangis dan memohon agar diizinkan tidak pergi ke sekolah lagi. Jack sebenarnya telah menjadi korban bullying sejak hari pertama masuk kelas 2.

Pada awalnya, dia hanya dipukul di bagian kepala beberapa kali sebelum menjadi korban bullying yang lebih buruk.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved