Bencana Alam

Bencana Alam Bukan Azab

Beberapa tahun belakangan, intensitas bencana alam , cukup menyita perhatian sekaligus memunculkan banyak kekhawatiran.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Bencana Alam Bukan Azab
ist
H. John Supriyanto, MA

Karenanya, secara kontan mereka dihancurkan dengan bencana sebagai azab dan bentuk kemurkaan Tuhan.

Namun, trend bencana alam sebagai azab ini ternyata tidak berlaku pada umat Nabi Terakhir, Muhammad SAW. Prinsip yang diusung oleh Islam adalah "rahmatan li al-‘alamin" (Qs. al-Anbiya' : 107).

Islam memandang bahwa berbagai tindak pembangkangan terhadap ajaran Tuhan adalah sebuah kejahilan. Dalam bahasa lain, para penolak dan pembangkang itu adalah orang-orang yang tidak tahu.

Hal ini antara lain tergambar dalam do'a Nabi Saw. saat tubuhnya berdarah-darah akibat lemparan batu orang-orang kafir Makkah.
Beliau berdo'a : "Allahumma hdihim fa innahum la ya'lamun" (Ya Allah, bimbinglah mereka, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui).

Suatu ketika, Nabi SAW juga pernah ditantang oleh pengingkar Islam dengan mengatakan : "Jika Al Qur'an ini benar berasal dari Tuhan, maka silahkan hujani kami dengan batu atau turunkan bagi kami azab yang dahsyat" (Qs. al-Anfal : 32-33).

Namun apa yang terjadi? Al Qur'an justru menjelaskan bahwa Tuhan tidak akan menurunkan azab, karena taubat dan pengakuan kesahalan mereka masih dapat diharapkan.

Bahkan bila pembangkangan itu-pun terus berlanjut hingga mati, maka azab atas mereka ditunda hingga di hari hisab (Qs. al-Kahf : 58).

Hal ini bukan karena Tuhan lalai atau "cuek" dengan kezhaliman, tapi karena mereka telah diberi tangguh sampai hari pembalasan (Qs. Ibrahim : 42).

Beliau-pun pernah mengatakan : "Yang ada pada hari ini adalah amal dan tidak ada hisab, sedangkan esok (di akhirat) yang ada hanyalah hisab dan tiada amal" (HR. Al-Bukhari).

Dalam kasus lain --diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibn 'Abbas ra, para kafir Makkah pernah meminta Nabi SAW untuk menjadikan gunung Uhud emas dan menyingkirkan gunung-gunung yang lain agar mereka bisa bercocok-tanam sebagai bukti kebenaran kenabian.

Lalu Jibril as datang menawarkan untuk memenuhi keinginan mereka.

Bila tetap dalam kekafiran meski permintaan telah dipenuhi, mereka akan dihancurkan dengan bencana seperti umat-umat terdahulu.

Maka Nabi SAW mengatakan : "Tidak. Kita tangguhkan saja mereka hingga hari pembalasan."

Bila teori bencana didasarkan pada kemurkaan Tuhan, maka tidak akan ada lagi orang yang berani melakukan dosa di dunia ini.

Sebab, setiap kali berbuat dosa, Tuhan segera memusnahkan mereka dengan menimpakan bencana dalam segala bentuknya.
Lagi pula, andaikan dosa dan keburukan-lah yang menjadi alasan terjadinya bencana, maka mestinya banyak bangsa di dunia atau daerah tertentu yang lebih dahulu harus dimusnahkan.
Mengapa demikian? Karena secara logika dan etika religius, banyak di antara bangsa dan daerah tertentu itu yang lebih parah dosa dan keburukannya.
Seperti negara-negara yang melakukan pembunuhan massal bagi etnis atau agama tertentu, menghancurkan rumah-rumah ibadah serta perlakuan-perlakuan yang melampaui batas nilai-nilai kemanusiaan.
Bahkan segala bentuk kezhaliman itu dilakukan jelas tanpa alasan yang dibenarkan.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved