Ternyata Tradisi Angpao Merah di Perayaan Imlek Ada Sejarahnya, Berikut Kisahnya
Perayaan imlek dalam tradisi masyarakat China selalu dibarengi dengan tradisi bagi-bagi angpao , Tanpa ada kebiasaan ini, rasanya suasana hari raya a
Penulis: Budi Darmawan | Editor: Budi Darmawan
Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru.
Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; bahasa Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harafiah berarti "mengusir Nian".[2][3]
Dalam buku Jingchu sui shi ji 荊楚歲時記, catatan kebisaan tahun baru Jingchu yang dibuat di zaman dinasti selatan ( 420-589 BE ) dan ditulis oleh Zong Lin ( 501-565 BE ). Buku itu yang menulis mitos tentang nian .
Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊Hongjun Laozu, dewa Taoisme dalam kisah Fengsheng Yanyi. Dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.(bangkapos.com/Edy Yusmanto/kompastravel/Wikipedia)
Ada pula yang mengatakan jika tradisi angpao berasal dari Dinasti Song (960-1279). Asal usul angpao bermula dari sosok iblis yang menyerang suatu desa, dan seorang pun tidak dapat mengalahkannya. Kemudian, datanglah seorang pemuda yatim piatu yang mewarisi pedang leluhur, ia pun berhasil membunuhnya.
Untuk merayakan kemenangannya, para tetua dan masyarakat memberinya sebuah amplop merah sebagai tanda terima kasih. Warna amplop merah dipilih karena dapat membawa keberuntungan dan menghindari roh jahat.
• Perayaan Imlek 2019, Begini Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Awas Hujan Petir
• Bukan Cuma Gong Xi Fa Cai, Ini 20 Ucapan Selamat Imlek 2019 yang Cocok Dibagikan di Instagram & WA
• Ramalan Fengshui: 2019 Shio Kelinci dan Kambing Dikaruniai Keberuntungan
Ada pula yang mengatakan pada masa Dinasti Qin banyak orang tua memasang benang merah pada koinnya yang disebut ya suì qián atau sebagai 'uang untuk menghindari usia tua'.
Hal ini dipercaya sebagai penolak kematian dan mencegah penuaan bagi penerimanya. Namun, semakin berkembangnya mesin cetak, ya suì qián diganti dengan amplop kertas merah.
Untuk jumlahnya, tradisi Cina selalu mengisi jumlah uang dalam angpao dengan nomor genap. Ini berkaitan dengan kepercayaan yang mengatakan jika nomor ganjil identik dengan pemakaman.
Selain itu, orang Cina juga akan menghindari uang yang dijumlahkan terdapat angka empat karena memiliki makna kematian, dan uang tidak boleh diberikan dalam posisi merangkak.
Banyak yang meyakini jika tradisi bagi angpao akan membawa kebahagiaan dan membuat keluarga atau orang yang menerimanya turut mendoakan si pemberinya selalu hidup sejahtera.
Selain itu, bagi pemberi juga akan terhindar dari kemalangan, sebab ia telah berbagi rezeki. Tidak mengherankan jika raut wajah orang yang memberi angpao justru akan terlihat bahagia, begitu pun dengan yang mendapatkannya.
Selain di Cina, rupanya angpao juga terdapat di beberapa kawasan Asia seperti Vietnam, Jepang, Malaysia, Brunei, dan Filipina. Beda dari Cina, Negeri Bunga Sakura ini memiliki tradisi bagi angpao dengan amplop putih.
Tradisi ini disebut otoshidama yang diberikan sepanjang perayaan tahun baru dan biasanya untuk anak-anak. Sedangkan di negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Indonesia biasanya memberi angpao saat hari raya dan membungkusnya dalam amplop hijau atau warna warni. (*)
Dikutip dari Berbagai Sumber ; Tribunpekanbaru.com, Budayationghoa.net