Kisah Sukses Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed, Pernah Mengecewakan Ayah hingga Minggat ke Palembang

Laporan wartawan Sripoku.com, Pairat

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-- Sosok pekerja keras memiliki kemauan tinggi dan pantang menyerah tercermin dari pria berdarah Kepulauan Bangka-Belitung ini.

Dialah Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed, namanya begitu familiar di dunia pendidikan, terutama di lingkup kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.

Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang periode 2012-2016 lalu.

Selain sebagai dosen tetap di Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, kini  Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed juga dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Sumsel periode 2016-2021.

Di tengah padatnya tugas sebagai pendidik, pria kelahiran Bangka 27 September 1965 ini rupanya aktif menulis, berbagai karya tulis lahir dari tangan terampilnya.

Artikel di jurnal nasional maupun internasional, media massa hingga majalah.

Selain itu, Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed juga aktif sebagai pembicara pada seminar-seminar lokal maupun mancanegara.

• Kisah Pasangan Suami Istri Rawat Anak Jalanan dan Korban Broken Home Selama 15 Tahun Tanpa Pamrih

• Hari-hari Terakhir Eni di SMAN 10 Palembang, Berikut Cerita Guru dan Teman-temannya di Sekolah

Sripoku.com pun berkesempatan mewawancarai suami dari Safarina ini di rumah mertuanya yang berada di kawasan UIN Raden Fatah Palembang.

"Setiap hari transitnya di sini, sejak pukul 05.00 kita sudah berangkat dari rumah Talang Jambi ke sini, jadi istri dan anak-anak berangkat sekolah di sini, takut kena macet," ungkapnya kepada Sripoku.com.

Setelah mengantar istri dan anak ke sekolah, kebiasaan Abdullah Idi yakni jogging pagi yang rutin dilakukannya sebelum memulai aktivitas kampus.

Berbicara masalah olahraga, siapa sangka ayah dari Ghiena Inayati A,S.Ked. dan Najwa Tuffahati A ini adalah seorang "gila bola".

Menyukai sepakbola diakui Abdullah Idi sudah sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Hingga menjadi seorang aktivis kampus, sepakbola tak pernah ditinggalkan oleh mantan Pemain Sepakbola (PS) Palembang dan PS Bangka Belitung atau Suratin ini.

Namun, masa-masa sulit harus dialaminya ketika menginjak remaja, puncaknya, ketika sang ibu dipanggil menghadap Sang Pencipta pada saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar.