Bertemakan Sampah, Sonia Gambarkan kehidupan Pesisir Sungai Musi Lewat Tari
8 penari, 12 pemain musik, dan 50 orang kru membantu dalam pertunjukan seni tari bertemakan kehidupan masyarakat Sungai Musi tersebut.
Penulis: Rangga Erfizal | Editor: Budi Darmawan
Laporan wartawan Sripoku.com, Rangga Efrizal
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kondisi pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) nampak penuh dengan sampah berserakan. Berbagai macam sampah dari, plastik dan kertas menambah kesan suasana BKB yang kotor dan tidak enak dipandang.
Namun, semua itu bukanlah sampah asli melainkan hanya bagian dari dekorasi pertunjukan seni tari. Dengan mengangkat problema masyarakat pinggir sungai Musi, Sonia Anisa Utami mencoba menggambarkan bagaimana keresahan dirinya pada alam dan cara-cara masyarakat memperlakukan sungai.
8 penari, 12 pemain musik, dan 50 orang kru membantu dalam pertunjukan seni tari bertemakan kehidupan masyarakat Sungai Musi tersebut.
"Pertunjukan tari kali ini bertemakan sampah, berawal dari fenomena masyarakat yang kerap membuang sampah ke sungai. Padahal masyarakat pesisir sungai menggantungkan hidupnya melalui sungai, jika membuang sampah, membuang kotoran jadi kebiasaan maka, akan berdampak langsung pada kehidupan sehari-harinya," ujarnya saat ditemui di Pelataran BKB, Sabtu (28/7).
Bagi Sonia pertunjukan ini bukan saja sebagai syarat untuk dirinya menyelesaikan Program S2 yang diambil di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang melainkan juga untuk, memberikan ilmu yang di dapat untuk masyarakat.
"Hal ini menjadi cara saya mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang saya dapat. Sebelumnya saya sudah melakukan penelitian selama setahun. Karena saya hidup di Kota Palembang. Jadi ini menjadi respon saya terhadap permasalahan yang ada," bebernya dara kelahiran Palembang tersebut.
Berbagai gerakan tari kreasi yang Sonia dan tim tampilkan memerlukan waktu persiapan sekitar 6 bulan, dibantu oleh tim tari dari Universitas PGRI Palembang.
Dr Rasmida Dosen Pembimbing Sonia dari ISI Padang Panjang yang hadir pada pementasan mengungkapkan, pertunjukan tari ini menjadi satu penilaian untuk tugas akhir di ISI Padang Panjang.
"Untuk tugas akhir para mahasiswa di minta untuk mengembangkan suatu kebudayaan asli daerahnya dengan mengangkat akar permasalahan yang ada," ujarnya. (mg2)