Pengelolaan Lahan

Site Species Matching Kunci Keberhasilan Pengelolaan Lahan Secara Lestari

Perencanaan yang strategis dan tepat sasaran sangat dibutuhkan dalam pembangunan suatu industri yang berbasis pada pertumbuhan tanaman

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Site Species Matching Kunci Keberhasilan Pengelolaan Lahan Secara Lestari
ist
ilustrasi

3. Jarak tanam dari spesies tersebut;

4. Kebutuhan jumlah bibit yang harus disiapkan dalam setiap petaknya;

5. Perhitungan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses penanaman.

Dari data-data yang disebutkan, tenaga ahli dari internal perusahaan akan melakukan penggolongan dan pengkelasan terhadap setiap kondisi yang ada di lapangan.

Setelah data kesesuaian lahan ini tersedia, maka petugas operasional perusahaan akan segera menyusun dan merencanakan pekerjaan mereka berdasarkan data dan fakta serta kondisi lahan yang ada pada saat ini.

Dengan adanya data kesesuaian lahan, akan sangat membantu serta memudahkan bagian operasional untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan serta memantau tumbuh kembang dari tanaman tersebut.

Sustainable forest manajement (Pengelolaan hutan secara lestari) dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya melalui penerapan sistem site species matching.

Data mozaik-mozaik yang telah disusun dari site species matching ini bukan berarti menjadi data permanen yang akan diterapkan didalam sistem penanaman di operation perusahaan.

Akan tetapi data ini akan selalu mengalami perubahan-perubahan yang dinamis sebagai bentuk perbaikan yang dilakukan dari proses research dan input teknologi yang digunakan oleh pihak Perusahaan (PT BPP).

Research dan input teknologi sebagai bentuk keharusan dari manajemen untuk mempertahankan keseimbangan produksi guna memenuhi bahan baku industri hilir.

Sustainable bukan hanya dilambangkan sebagai simbol, akan tetapi merupakan suatu keharusan yang harus dicapai mengingat industri ini sangat bergantung sekali dengan pertumbuhan tanaman.

Semakin baik pertumbuhan tanaman akan menandakan semakin baik pula tingkat kesuburan tanah tersebut dan proses reneable akan menjadi titik tolak sustainable.

Input-input perbaikan yang mengedepankan sistem ramah lingkungan menjadi topik utama bagi manajemen dalam menerapkan sistem silvikultur yang ada.

Misalnya untuk pencegahan terjadinya serangan hama dan penyakit.

Input agensia hayati dijadikan salah satu bagian yang teramat penting, disamping murah, berdampak negative kecil, juga ramah terhadap lingkungan, dan pengaturan terhadap jarak dan sistem tanam juga salah satu cara untuk mengurangi pemakaian bahan kimia di dalam proses pemeliharaan tanaman.
Mengikuti perkembangan terkini dari tehnology silvikuture dari pengelolaan tanaman akan mengantarkan perusahaan mencapai target produksi yang telah disusun secara optimal dan berkelanjutan.

Bukan sebuah isapan jempol bahwa dengan adanya sistem perencanaan yang memiliki tingkat akurasi data yang detil akan menciptakan kesinambungan sebuah manajemen silvikulture hutan yang baik akan tercipta dengan sendirinya.

Dengan dilakukannya sistem keseimbangan lahan dengan menerapkan sistem silvikuture yang ramah lingkungan maka target produksi yang  berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dari suatu industry hilir akan terpenuhi secara berkesinambungan.

Menciptakan sistem manajemen silvikultur yang ramah lingkungan akan memberikan manfaat yang besar atas terjaganya lingkungan sehingga dapat mewariskan lingkungan ini untuk generasi yang akan datang.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved