Kisah Pilu Gadis Belia Dipaksa Menikah Lalu Diperkosa Suami, Kini Menghadapi Hukuman Mati
Ini kisah tentang Noura Hassein, remaja perempuan di Sudan yang menghadapi hukuman pancung setelah dinyatakan bersalah membunuh suaminya.
Ayahnya, Hussein, mengatakan dirinya tidak melihat alasan yang jelas terkait dengan penolakan anaknya. Pihak keluarga sudah bersabar selama bertahun-tahun.
Tekanan ini membuat Noura bersedia tinggal bersama Abdulrahman pada bulan April 2017.
Baca: Kisah Penumpang Cantik Diperkosa Sopir Angkot Usai Minum Air Mineral Dicampur Obat Tetes Mata
Baca: Menguak Kisah Mantan Budak Seks ISIS, Setiap Hari Diperkosa hingga Diperintah Lakukan Hal Keji Ini
---
Menurut keterangan langsung yang didapat CNN, Noura mengatakan dirinya menolak keinginan suaminya untuk berhubungan seksual selama minggu pertama mereka tinggal bersama.
Dia menangis. Dia mogok makan. Jika Abdulrahman tidur, Noura berusaha meninggalkan rusun, tetapi pintunya terkunci.
Pada hari ke sembilan, Abdulrahman pulang ke rusun dengan beberapa kerabat. Dia merobek pakaian Noura, mencengkeram dan memperkosanya, demikian dilaporkan CNN.
Hari berikutnya, Abdulrahman berusaha melakukannya lagi. Saat itulah Noura meraih pisau untuk membunuh diri, seperti dikatakannya kepada ibunya.
Berdasarkan keterangannya, Noura mengatakan dalam perkelahian tersebut tangannya terluka, sementara Abdulrahman menggigit punggungnya.
Kemudian kesaksian tersebut menyebutkan Noura melarikan diri ke rumah orang tuanya, sambil memegang pisau berdarah.
----
Hussein dan istrinya ketakutan ketika mereka melihat anak perempuan mereka berdiri di depan mereka, memegang senjata yang dipakai untuk membunuh.
"Saya membunuh suami saya karena dia memperkosa saya," katanya sambil menunjukkan pisau yang dipakai.
"Saya memahami betapa seriusnya masalah ini," kata Hussein. Dia mengenal keluarga Abdulrahman dan meyakini mereka akan membalas dendam.
Seluruh keluarga Noura sekarang terancam, katanya, sehingga dirinya memutuskan untuk ke kantor polisi.
Dia melakukan hal ini untuk melindungi mereka, bukannya seperti yang dilaporkan, untuk menyerahkan Noura dan menelantarkannya. Tetapi anak perempuannya ditangkap dan dituduh merencanakan pembunuhan.
Keluarga Noura pulang untuk meminta para tetua mencapai kesepakatan dengan keluarga Abdulrahman.
Mereka menolak dan malahan mendesak Hussein dan Zainab untuk tidak lagi menemui Noura jika mereka memang menginginkan perlindungan bagi anak-anaknya yang lain.
Pembakaran rumah dan tempat usahanya membuat Hussein dan Zainab mematuhi keputusan tersebut.
Meskipun demikian intimidasi terus dilancarkan dan akhirnya seluruh keluarga pindah tempat tinggal.
Sebuah pengadilan di Omdurman, kota kedua terbesar Sudan, kemudian menyatakan Noura Hussein bersalah merencanakan pembunuhan dan bulan lalu - ketika keluarga suaminya menolak pembayaran ganti rugi dengan uang - Noura resmi akan dihukum pancung.
Pengacara Noura mengajukan banding dan memohon pengampunan. Keputusan diperkirakan akan dicapai dalam beberapa hari ini.
Hussein mengatakan dirinya tidak pernah bertemu anak perempuannya sejak malam itu, karena adanya ancaman penyerangan terhadap dirinya dan anak-anaknya yang lain.
Baca: Ini 6 Perbedaan Mencolok Nonton Video di IGTV dan YouTube, Format, Durasi Hingga Siaran Langsung
Baca: Millendaru Blak-blakan Ungkap Sosok Pacarnya, Merasa Bahagia Saat Jalan Bareng: Berasa Suami Istri
"Saya juga ingin menemui anak perempuan saya dan menjenguknya di penjara agar dia bersemangat, tetapi saya tidak melakukannya," kata Hussein.
Dia telah berbicara lewat telepon dengan Noura dan anaknya mengatakan dirinya dalam keadaan sehat.
Zainab Ahmed mengharapkan keajaiban di saat-saat terakhir bagi anak perempuannya.
Dia ingin membayangkan para tetua keluarga akan melibatkan diri dan meyakinkan keluarga Abdulrahman untuk mendesak pengadilan mencabut hukuman mati.
Amnesty International memandang ini adalah harapan kosong.
"Di tahapan sekarang, hal ini sangat tidak mungkin. Jika mereka melakukan ini saat proses berlangsung, mereka dapat meminta mitigasi. Saat ini, keluarga tidak dapat mempengaruhi keputusan peradilan," kata Dr Joan Nyanyuki, direktur Amnesty untuk Afrika Timur.
Meskipun demikian, dia mengatakan, tekanan dunia kemungkinan akan berpengaruh.
"Ketika kami meminta orang untuk mengirim email ke Menteri Kehakiman Sudan, menuntut pengampunan Noura, dia terpaksa menutup alamat emailnya dalam waktu dua minggu. Tindakan ini berpengaruh. Jika orang meng-email kedutaan Sudan di negara masing-masing menuntut pembebasannya, ini akan membawa pengaruh yang besar."
Orang tua Noura sekarang tinggal di sebuah desa yang jauh dari al-Bager.
Mereka mengatakan pernikahan mereka tetap kuat. Mereka berdua dan anak-anak mereka saling mendukung dalam menghadapi cobaan ini. Tetapi nasib Noura tetap menghantui.
"Tidak seorangpun menginginkan anak perempuannya hidup menderita," kata Hussein.
"Saya tidak pernah menyangka semuanya menjadi seperti ini.
"Kami berharap Allah akan menolongnya."
---
Laporan tambahan Megha Mohan
Ilustrasi oleh Katie Horwich
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Noura, perempuan belia yang diperkosa suami dan menghadapi hukuman mati