Kemoterapi Kanker
Kanker Payudara dan Paru-paru Tak Perlu Dikemoterapi
Selama ini para penderita kanker payudara atau paru-paru selalu marasa khawatir untuk mengikuti terapi Kemoterapi dengan berbagai dalih dan alasan.
Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
Rekurensi artinya penyakit telah kembali setelah tidak terdeteksi untuk waktu yang lama.
Studi pertama ini fokus meneliti pengidap kanker yang nilai tes genetiknya berkisar antara 11 hingga 25.
Lebih dari 10.000 wanita berusia 18 hingga 75 tahun secara acak dibagi dalam dua kelompok.

Kelompok pertama diberi terapi kemoterapi dan terapi hormon, kelompok kedua hanya diberi terapi hormon saja. Para peneliti mempelajari hasilnya, termasuk kemungkinan kanker kambuh dan kesempatan hidup secara keseluruhan.
"Untuk seluruh responden penelitian dengan nilai tes genetik antara 11 dan 25, terutama pada wanita berusia 50 hingga 75 tahun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara melakukan kemoterapi dan tidak kemo," tulis temuan dalam laporan yang diterbitkan di New England Journal of Medicine.
Ini artinya semua wanita di atas 50 tahun bisa tidak melakukan kemoterapi dan terhindar dari efek samping beracunnya.
Sementara itu, wanita yang usianya di bawah 50 tahun dengan nilai tes genetik 0 sampai 15 juga bisa tidak melakukan kemoterapi.
Namun, wanita di bawah usia 50 tahun dengan nilai antara 16 sampai 25, hasil menunjukkan lebih baik melakukan kemoterapi.
Meski begitu, Joseph Sparano dari Montefiore Medical Center di New York yang terlibat dalam penelitian pertama menganjurkan semua wanita yang didiagnosis memiliki kanker payudara di tahap awal tetap harus menjalani tes dan mendiskusikan hasilnya dengan dokter.
Studi kedua, kanker paru-paru Pada studi kedua, ahli onkologi menguji bentuk imunoterapi terhadap kemoterapi pada pengidap kanker paru-paru yang paling umum dialami orang, yakni kanker paru-paru non sel kecil.
Mereka menemukan, obar Merck Keytruda (pembrolizumab) dapat digunakan untuk membantu pengidap kanker paru-paru bertahan hidup empat hingga delapan bulan lebih lama daripada melakukan kemoterapi.
Ada lebih dari 1.200 responden yang terlibat dalam penelitian ini.
"Ini adalah sesuatu yang baru untuk menghadapi kanker paru-paru non-sel kecil," kata penulis utama penelitian ahli onkologi Gilberto Lopes dari University of Miami Health Center.
Namun ia juga mencatat, pengidap kanker paru-paru yang berusia lanjut dapat meninggal dunia dalam beberapa bulan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengidap Kanker Payudara dan Paru-paru Tak Perlu Kemoterapi, Asal...",