Berita Palembang
Mengenang Kerusuhan Mei 1998, Pembakaran dan Penjarahan Bikin Palembang Mencekam
Kerusuhan berawal dari aksi ratusan mahasiswa yang bergerak dari kawasan Seberang Ulu menuju kawasan Seberang Ilir.
Laporan wartawan Sripoku.com, Sudarwan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Tanpa terasa, reformasi di Indonesia sudah 20 tahun.
Selain di Ibukota Jakarta, gerakan reformasi juga terjadi di Kota Palembang pada pertengahan Mei 1998 silam.
Sebagaimana di Jakarta, gerakan reformasi di Kota Palembang juga dimotori oleh kalangan mahasiswa.
Para mahasiswa menyuarakan aspirasi mereka dengan turun ke jalan (long march) dan mendatangi gedung DPRD Sumsel.

Baca: Peringati 20 Tahun Reformasi, Anwar Ibrahim Kunjungi BJ Habibie, Ini Pesan Yang Dibahas
Para mahasiswa di Jakarta dan sejumlah kota lainnya di Indonesia, termasuk Palembang, tak lelah menyuarakan aspirasi mereka.
Hingga pada akhirnya terjadi kerusuhan pada pertengahan Mei 1998.

Selain di Jakarta, kerusuhan juga terjadi kota Palembang yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai kota yang sangat tenang.
Kerusuhan berawal dari aksi ratusan mahasiswa yang bergerak dari kawasan Seberang Ulu menuju kawasan Seberang Ilir.
Baca: Reformasi Partai Politik Menghadapi Pilkada Serentak 2018 dan Pileg 2019

Aksi mahasiswa ini adalah aksi lanjutan dari aksi-aksi sebelumnya.
Aksi mahasiswa ini mendapat dukungan ratusan masyarakat.
Pergerakan ratusan bahkan ribuan massa dari Seberang Ulu ini sempat dihadang aparat keamanan di pangkal Jembatan Ampera, Bundaran Air Mancur.
Namun karena jumlah aparat keamanan yang terdiri dari Polri dan TNI kalah banyak, barikade pun jebol.
Massa terus bergerak menyusuri Jalan Merdeka, Jalan Kapten A Rivai dan menuju gedung DPRD Sumsel.
Selama dalam perjalanan tersebut, jumlah massa kian bertambah banyak.
Setelah tiba di DPRD Sumsel, mahasiswa dan massa meminta Ketua DPRD Sumsel untuk menandatangani surat pernyataan menurunkan Presiden Soeharto.

Dalam aksi di lingkungan gedung DPRD Sumsel tersebut massa sempat melakukan perusakan terhadap beberapa fasilitas yang ada di halaman gedung.
Setelah ketua DPRD Sumsel dipaksa menandatangani tuntutan massa untuk menurunkan Presiden Soeharto, massa akhirnya bergerak turun ke jalan dengan menyusuri Jalan Radial Palembang.
Di sepanjang jalan ini massa mulai melakukan perusakan dengan melempari gedung-gedung pertokoan.
Dari Jalan Radial kemudian massa bergerak ke Jalan Letkol Iskandar menuju Simpang Internasional Plaza (IP).
Di sini massa makin beringas dengan melakukan perusakan pertokoan.
Melihat kondisi ini, aparat keamanan baik dari Polri dan TNI tak tinggal diam.
Aparat kemudian melakukan tindakan refresif.
Sejumlah perusuh digebuki dan ditangkap.

Penjarahan
Kerusuhan yang terjadi sepanjang siang hari ternyata berlanjut hingga sepanjang malam.
Bahkan kerusuhan yang disertai penjarahan merambat ke sejumlah pertokoan yang ada di Palembang, terutama di kawasan Jalan Tengkuruk Permai.

Para perusuh membakar dan menjarah barang-barang yang ada di sejumlah toko.
Kerusuhan juga merembet hingga ke kawasan Seberang Ulu.
Supermarket Ampera yang berada di pangkal Jembatan Ampera Seberang Ulu jadi sasaran para penjarah.
Massa penjarah dengan leluasa menguras isi supermarket.

Selain di kawasan 16 Ilir dan Seberang Ulu, aksi pembakaran dan penjarahan juga terjadi di sepanjang Jalan Veteran.
Sejumlah show room mobil di kawasan ini dibakar massa.
Sepanjang malam itu Kota Palembang gelap gulita dan mencekam.
Keesokan harinya api masih mengepul di sejumlah gedung dan pertokoan yang dibakar dan dijarah massa.

Sejumlah kendaraan yang dibakar massa terlihat tinggal kerangka tergeletak di tengah jalan.
Selain membakar dan menjarah pertokoan, massa perusuh juga merusak fasilitas umum.
Tidak ada laporan korban jiwa dalam kerusuhan tersebut.

CATATAN: Sedikit tulisan dan foto ini sekadar untuk mengenang dan merefleksi peristiwa bersejarah di kota Palembang.