Sosok Remaja SMP Ini Yang Menghalangi Mobil Yang Membawa Bom, Ini Profesinya di Gereja
Setiap Minggu pagi Daniel bertugas parkir di sana untuk menggantikan kakeknya yang sudah meninggal terlebih dahulu.
"Meletusnya kencang sekali," imbuhnya.
Budi mengaku sempat ditahan polisi agar tidak memasuki Tempat Kejadian Perkara (TKP) karena takut bomnya akan meledak lagi.
Namun, dia tetap bersikeras untuk mencari buah hatinya.
"Ambulan kan pada datang, tapi kita tidak tahu posisi anaknya di mana," kata Budi.
Budi akhirnya pergi ke Bhayangkara untuk mencari jenazah anaknya.

Di sana, dirinya bertemu dengan salah satu petugas dan dimintai nomor handphone yang bisa dihubungi.
"Akhirnya, saya disuruh membawa foto sama SK lalu saya meluncur ke sana," tutur Budi.
Budi baru bisa bertemu jenazah anaknya, Daniel, setelah melakukan proses pengecekan DNA.
Waktu kejadian, Budi sendiri berada di lokasi yang sama namun di belakang.
Budi sendiri mengaku mendengar ledakan bom tersebut dan langsung berlari ke depan.
Namun, dia tak kunjung bertemu dengan buah hatinya.
Budi kemudian mendapatkan cerita bahwa anaknya menghadang mobil Dita yang hendak menabrak gereja.
"Iya yang menghalang-halangi dia itu sama temannya. Pak Man dadanya hancur dan anak saya kepalanya hancur," ungkap Budi.
Sehari-hari, Daniel dirawat oleh neneknya.
"Kan ditinggal mamanya saat masih usia 2 tahun," ungkap si Nenek.