Dilakukan Sejak Kecil, Ternyata Begini Cara Anton Doktrin Anak-anaknya Jadi Teroris, Astaga!
HAR menolak doktrin orang tuanya untuk menjadi teroris, seperti yang didapat ketiga adiknya, AR (15), FP (11) dan GHA (10).
SRIPOKU.COM - HAR (17), anak terduga teroris di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, memilih hidup di jalannya sendiri tanpa mengikuti paham yang diberikan ibu dan ayahnya, Anton Febrianto dan Puspitasari.
Ia menolak doktrin orang tuanya untuk menjadi teroris, seperti yang didapat ketiga adiknya, AR (15), FP (11) dan GHA (10).
HAR memilih tinggal bersama sang nenek dan menyelesaikan sekolahnya.
Hal itu diketahui dari penjelasan Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).
"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata ujar Machfud, mengutip dari TribunJatim.com.
"Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," tambahnya.

Kapolda Jatim menjelaskan, satu cara pendoktrinan agar anak-anak mau sejalan dengan orang tuanya adalah dengan memperlihatkan video jihad secara rutin.
Hal itu dilakukan untuk membentuk ideologi anak.
"Seperti rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini. Cara ini dilakukan oleh semua pelaku, mereka satu jaringan," kata Machfud.
"Dan rutin hadir di pengajian rumah Dita (pelaku bom tiga gereja di Surabaya)," tambahnya.

Untung saja, HAR teguh dengan pendiriannya dan menolak doktrin kebohongan yang diberi Anton dan Puji kepada tiga adiknya.
Kini, orang tua HAR sudah tiada. Anton dan Puji tewas akibat bom yang meledak di Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo.
Ya, bom itu adalah bom mereka sendiri.
Insiden tersebut terjadi di malam setelah ledakan bom di tiga gereja Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Selain menewaskan Anton dan Puji, bom tersebut juga menewaskan adik HAR, AR.