Bom Bunuh Diri Surabaya

Bukan Orang Biasa, Begini Mewahnya 'Istana' Keluarga Dita Suprianto, Pelaku Bom 3 Gereja di Surabaya

Saat penggerebekan, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan, polisi menemukan tiga bom di rumah keluarga Dita Supriyanto.

Editor: Tresia Silviana
tribun jatim
Rumah pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya 

SRIPOKU.COM - Usai ledakan bom bunuh diri di 3 gereja di Surabaya, Jawa Timur, polisi dari tim gegana dan Brimob, Polda Jawa Timur menggerebek sebuah rumah di kawasan Perumahan Wisma Indah, blok K, nomor 22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya, Ahad (13/5/2018).

Rumah tersebut adalah rumah milik keluarga Dita Supriyanto, pelaku bom bunuh diri.

Saat penggerebekan, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan mengatakan, polisi menemukan tiga bom.

"Masih ada bom di situ," ujar Rudi sebagaimana dikutip dari Tribunnews.com Network.

Menurut laporan Kompas TV, satu di antara bom yang ditemukan telah diledakkan di kamar rumah itu.

Rumah Dita itu terlihat bagus dan berada di sebuah kompleks perumahan cukup elite.

Bagian gerbang depannya bercat warna merah bata dan sebagian area depan rumah dipasangi kanopi.

Terlihat pula ada kursi yang diletakkan di bagian luar dekat pintu masuk.

Di bagian samping kiri terdapat ruangan yang mirip garasi.

Namun, berdasarkan pantauan jurnalis Surya (Tribunnews.com Network), rumah tersebut tampak seperti tak terawat.

Catnya kusam, temboknya berjamur dan terkikis, serta banyak sampah berserakan.

Beberapa unit sepeda dan motor terparkir tak beraturan.

Walau demikian, namun rumah Dita tergolong harganya mahal.

"Rumah di situ, kalau beli sekarang ya sekitar Rp 1,5 miliar," kata Khorihan, Ketua RT/RW 02/03 Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut.

Berdasarkan data yang ia dapat, Dita dan keluarga tinggal di kompleks ini sejak tahun 2012. 

Sementara, Ketua Sub RT/RW 02/03 Kelurahan Wonorejo, Adi, mengatakan, Dita dan keluarganya tinggal di kompleks ini sejak tahun 2010.

Keluarga itu pindah dari Tembok Dukuh, Surabaya.

Ini sekaligus menjelaskan informasi yang belum pasti soal tahun mereka tinggal di sana.

Bahkan, ketika jurnalis Surya bertanya kepada para tetangganya, tak ada yang bisa memastikan dengan pasti.

"Seingat saya, baru tiga tahun mereka tinggal di sini," kata Yuki, warga yang rumahnya hanya terpisah oleh tembok pembatas dengan rumah Dita.

 Adi dan Yuki menilai, selama Dita dan keluarga di tinggal di kompleks ini, mereka jarang bersosialisasi dengan warga setempat.

"Kalau anaknya yang kecil main di depan rumah dan didatangi anak saya, dia selalu langsung masuk," kata Yuki.

Khorihan mengatakan, Dita dan keluarga tergolong orang dengan penghasilan cukup. 

Mereka punya usaha pembuatan minyak kemiri, minyak jintan, dan berbagai jenis minyak serupa lain.

Usaha itu dijalankan di dalam rumah.

Sepengetahuan Khorihan, banyak warga keturunan Tionghoa yang datang ke rumahnya untuk sekadar mengambil minyak produksi Dita.

"Paling beberapa jeriken dalam satu kali produksi," ujarnya.

"Pertama kali ke sini, dia minta surat domisili untuk mengurus SIUP. Terus saya tanya, usahanya apa? Katanya bikin minyak-minyak tadi," kata Khorihan.

Dibanding para tetangga lain, Khorihan tergolong lebih akrab dengan Dita.

Soalnya, mereka sering salat berjamaah di musala setempat.

Menurut dia, Dita dan dua anak laki-lakinya hampir ke musala setiap saban waktu salat.

Namun, mereka jarang mengobrol banyak, kecuali hanya saling melempar senyum.

Tak ada yang mencolok dari penampilan Dita dan sang istri, Puji Kuswati.

Dita tak pernah menunjukkan penampilan yang terlalu berlebihan.

"Dia tidak pernah pakai kopiah. Tidak pernah pakai sarung. Ya seperti saya biasa ini," imbuhnya.

Saat arisan perkumpulan RT saban bulan, Puji selalu tampil biasa.

Para tetangga pun tak ada yang tahu bahwa Dita adalah Ketua Jamaa Anshurat Daulah (JAD) Surabaya.

Yang mereka tahu, beberapa kali tampak orang berkumpul di rumah Dita.

Mereka mengendarai mobil dan sepeda motor.

Khorihan juga sanksi apabila Dita dan keluarga disebut pernah pergi ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir.

Sebab, ia hampir tak pernah meninggalkan jamaah salat di musala saban hari.

"Pernah sekali dua minggu tidak jamaah. Saya dan bapak-bapak lain datang ke rumahnya. Ternyata lagi sakit," kata dia.

Dita juga tak pernah meminta pengurusan berkas kepada RT untuk pergi ke luar negeri.

Foto-foto Rumah Dita

Berikut foto-foto rumah atau "istana keluarga" Dita yang pagarnya telah dipasangi garis polisi.

Rumah keluarga Dita.
Rumah keluarga Dita saat penggerebekan. (HANDOVER)
Rumah Dita.
Rumah keluarga Dita setelah penggerebekan. (SURYA)
,
Rumah keluarga Dita setelah penggerebekan. (SURYA)

Selain mempunyai rumah yang bagus, Dita juga diduga memiliki kendaraan roda empat atau mobil merek Toyota Avanza yang ia gunakan untuk meledakkan bom.

Keluarga Mapan

Selain keluarga Dita, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengaku terkejut dengan latar belakang satu keluarga pelaku peledakan bom di Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).

Risma mengatakan, keluarga tersebut merupakan warga Surabaya dan datang dari latar belakang ekonomi yang baik.

Demikian dikutip dari Kompas.com.

"Saya percaya bahwa warga Surabaya itu warga yang sangat toleran. Saya waktu itu tidak percaya karena itu saya mencoba mencari data dengan database kita tentang elektronik KTP dan ternyata kami temukan bahwa dia orang Surabaya," tuturnya di Rungkut, Surabaya, seperti ditayangkan pada Kompas TV.

"Terus terang saya surprise mereka tinggal di sini dan kondisinya mapan. Biasanya yang kita tahu, kondisinya tinggal di kos-kosan dan terbatas. Tetapi ini kondisinya sangat mapan," tambahnya kemudian.

Ke depannya, Risma mengatakan akan mengambil langkah-langkah antisipasi hal ini terulang kembali.

"Saya sudah membuat edaran kepada RT/RW tentang kalau ada orang baru, tidak dikenal, diharap Pak RT dalam 1x24 jam lapor ke pemerintah kota. Kemudian kami juga melakukan upaya sosialisasi dengan masyarakat, RT/RW untuk medeteksi dini kejadian seperti ini. Kami undang dari Polri, TNI, Kejaksaan sehingga bisa diantisipasi sejak dini," ungkapnya.

Sebelumnya, Risma mengaku ditelepon Kapolres untuk membantu lampu penerangan di kawasan Rungkut tempat rumah keluarga Dita, yang kondisinya gelap. 

Risma mengakui bahwa Pemkot Surabaya kecolongan karena ada warganya yang melakukan aksi bom bunuh diri hingga menyebabkan belasan orang tewas.

"Terus terang iya (kecolongan). Saya sempat enggak percaya, apalagi yang melakukan orang Surabaya sendiri. Kami punya datanya," ungkapnya.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved