SFC Update
Cerita Selama Karir Kepelatihan, Rahmad Darmawan Pernah Dua Kali Kecewa
Perjuangan Pelatih Sriwijaya FC Rahmad Darmawan belum usai. Dalam meraih lisensi AFC Pro tahun 2018 ini, ia harus mengikuti kursu
Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Reigan Riangga
Kesempatan ketiga akhirnya datang saat dirinya kembali membesut Sriwijaya FC musim 2018. Namanya dan 23 pelatih lain, direkomendasikan oleh konfederasi dan FIFA untuk menjadi peserta kursus.
Baca: KPU OKU Timur Tetapkan 455,402 DPT Pada Pilgub Sumsel, Berikut Rinciannya!
Ia tak ingin melepaskan kesempatan terakhir baginya ini karena berdasarkan regulasi sepakbola tingkat dunia, ke depan semua pelatih yang memegang tim liga 1 di strata negara Asia semua harus punya pro license. Maklum, ia telah memilih jalan pelatih sebagai karirnya ke depan lantaran telah mencintai sepakbola sejak dulu.
Sadar menjadi pelatih adalah pekerjaannya di masa depan, pelatih kawakan ini pun meneruskan untuk mengambil B AFC (1998) hingga A AFC (2000).
“Saya memang di IKIP tapi ga ingin jadi guru. Saya akhirnya masuk militer. Setelah masuk militer, bakat saya main sepakbola tersalurkan sampai saya cedera. Akhirnya itu yang memacu saya hingga ingin mengembangkan ilmu kepelatihan saya sampai sekarang,” kenangnya.
Baca: Kartini Samsat Palembang II Gelar Layanan Kesehatan Gratis Bagi Wajib Pajak
Darah kepelatihannnya menggelegak, pasca ia cedera tersebut. Ia mengaku, bahkan saat menjadi mahasiswa pun telah melatih tim Mahasiswa Jakarta tahun 1988. Baru setelah lulus kuliah, ia mulai melatih Persikota tahun 1990 serta menyabet gelar C AFC.
Saat ia menimba ilmu di AFC Pro, ia mengatakan wawasannya mulai terbuka. Apalagi di angkatan pertama di Indonesia yang meraih gelar itu, ia membawa segudang harapan agar sepakbola Indonesia bisa meningkat dari levelnya saat ini.
“Kita diharapkan bisa mengembangkan sepakbola Indonesia dari sistem kepelatihan jadi lebih baik lagi dari level saat ini,” jelasnya. (*)
