SFC Update
Cerita Selama Karir Kepelatihan, Rahmad Darmawan Pernah Dua Kali Kecewa
Perjuangan Pelatih Sriwijaya FC Rahmad Darmawan belum usai. Dalam meraih lisensi AFC Pro tahun 2018 ini, ia harus mengikuti kursu
Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Reigan Riangga
Laporan wartawan Sripoku.com, RM Resha Akasia
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Perjuangan Pelatih Sriwijaya FC Rahmad Darmawan belum usai. Dalam meraih lisensi AFC Pro tahun 2018 ini, ia harus mengikuti kursus yang terdiri dari tujuh modul tersebut.
Pelatih yang pernah menukangi T-Team Malaysia ini baru saja melewati tahap pertama yang diselenggarakan pada 13 – 20 April. Ia mengaku, masih ada lagi dua tahap yang harus dilewati sebelum mengantongi lisensi tertinggi di konfederasi sepakbola Asia tersebut.
“Kemarin dan nanti, pada tanggal 7 Desember. Tapi sebelum 7 Desember ada modul di depan, yaitu Juni pada saat libur Pilkada dan Agustus pada saat libur Asian Games,” ungkap pelatih yang akrab disapa RD ini saat dikonfirmasi Kamis (19/4/2018).
Baca: Diputus Sang Pacar, Pria Ini Nekat Lompat dari Atas Jembatan Ampera
Menilik jadwal tersebut, setidaknya jadwal RD membesut Laskar Wong Kito takkkan terganggu di musim 2018 ini.
RD pun hanya absen pada saat mengawal tim menjamu Persipura Jayapura Sabtu (14/4/2018) lalu. Sedangkan saat bertandang ke Persebaya Surabaya Minggu (22/4/2018) mendatang, RD sudah bisa bergabung menemani tim.
Di sisi lain, pelatih yang pernah membawa Sriwijaya FC meraih gelar double winner era 2007 – 2008 mengatakan tak ingin melepaskan kesempatan terakhirnya dalam berkarir di bidang kepelatihan ini.
Pasalnya, jebolan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta tahun 1990 ini pernah melepaskan dua kali kesempatan untuk meraih gelar AFC Pro itu.
Baca: Komisi V DPR RI Masih Temukan Kendala Pembangunan LRT Palembang, Ini Diantaranya!
“Tahun 2003 saya sudah harus berangkat, waktu itu masih asisten melatih di Persikota. Harusnya saya pergi ke Dubai. Sudah terdaftar dan teregistrasi, saya tinggal berangkat. Tapi waktu itu, Pelatihnya mengundurkan diri. Jadi ga ada pelatih lain yang melatih di Persikota, dan saya harus tinggal,” ungkapnya.
Tak pelak, pensiunan Marinir berpangkat Mayor (L) ini harus menunda mimpinya untuk berangkat menimba ilmu kepelatihan tersebut. Barulah 13 tahun kemudian, kesempatan itu datang lagi saat ia menukangi T-Team Malaysia 2016 lalu.
Lagi-lagi, ia harus menunda niatannya lantaran jadwalnya waktu itu tak sesuai dengan Liga Malaysia yang tengah bergulir. Jadwal yang harusnya digelar November di Uzbekistan, mundur dari semestinya.
Baca: Dari 13 Stasiun LRT Hanya 5 yang Beroperasi Saat Asian Games, Pelunasan Proyek Diundur Tahun 2020
“Nah gak pas dengan jadwal match di Malaysia. Karena di Uzbekistan itu satu modul, dua bulan setengah waktunya. Jadinya gagal lagi,” terangnya sambil tertawa.
Kesempatan ketiga akhirnya datang saat dirinya kembali membesut Sriwijaya FC musim 2018. Namanya dan 23 pelatih lain, direkomendasikan oleh konfederasi dan FIFA untuk menjadi peserta kursus.
Baca: KPU OKU Timur Tetapkan 455,402 DPT Pada Pilgub Sumsel, Berikut Rinciannya!
Ia tak ingin melepaskan kesempatan terakhir baginya ini karena berdasarkan regulasi sepakbola tingkat dunia, ke depan semua pelatih yang memegang tim liga 1 di strata negara Asia semua harus punya pro license. Maklum, ia telah memilih jalan pelatih sebagai karirnya ke depan lantaran telah mencintai sepakbola sejak dulu.
Sadar menjadi pelatih adalah pekerjaannya di masa depan, pelatih kawakan ini pun meneruskan untuk mengambil B AFC (1998) hingga A AFC (2000).
“Saya memang di IKIP tapi ga ingin jadi guru. Saya akhirnya masuk militer. Setelah masuk militer, bakat saya main sepakbola tersalurkan sampai saya cedera. Akhirnya itu yang memacu saya hingga ingin mengembangkan ilmu kepelatihan saya sampai sekarang,” kenangnya.
Baca: Kartini Samsat Palembang II Gelar Layanan Kesehatan Gratis Bagi Wajib Pajak
Darah kepelatihannnya menggelegak, pasca ia cedera tersebut. Ia mengaku, bahkan saat menjadi mahasiswa pun telah melatih tim Mahasiswa Jakarta tahun 1988. Baru setelah lulus kuliah, ia mulai melatih Persikota tahun 1990 serta menyabet gelar C AFC.
Saat ia menimba ilmu di AFC Pro, ia mengatakan wawasannya mulai terbuka. Apalagi di angkatan pertama di Indonesia yang meraih gelar itu, ia membawa segudang harapan agar sepakbola Indonesia bisa meningkat dari levelnya saat ini.
“Kita diharapkan bisa mengembangkan sepakbola Indonesia dari sistem kepelatihan jadi lebih baik lagi dari level saat ini,” jelasnya. (*)
