Cacing Pita 10,5 Meter Hidup Dalam Perut Seorang Warga, Penyebabnya Karena Makan Ini

"Obat cacing itu tidak ada sama kita, mungkin dari luar negeri baru ada. Kalau anak-anak sudah kita berikan," kata Surbabel.

Editor: ewis herwis

Selanjutnya, artikel tersebut dikirim ke badan dunia World Health Organization (WHO) guna melanjutkan proses penelitian atas penemuan endemik Taeniasis.

"Sembari menunggu dukungan dari WHO, tim FK UISU akan kembali turun ke lokasi yang sama di mana tempat pertama kali ditemukan cacing pita," ungkapnya.

Akibat Makan Daging Babi yang Dimasak Kurang Matang 


Cacing pita ditunjukkan tim Fakultas Kedokteran UISU Medan didampingi dr Umar Zein, Senin (26/3/2018). (KOMPAS.com/Tigor Muntne)
Cacing pita ditunjukkan tim Fakultas Kedokteran UISU Medan didampingi dr Umar Zein, Senin (26/3/2018). (KOMPAS.com/Tigor Muntne) 

Kejadian ini menjadi puncak es kasus endemik penyakit cacing pita (Taeniasis) yang ditemukan tim Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK UISU). Tim menemukan, setidaknya ada 171 kasus cacing pita di wilayah ini.

Dokter Umar Zein selaku Ketua Tim Peneliti Cacing Pita FK UISU menduga, mayoritas warga di enam desa di Kecamatan Silau Kahean juga terkena penyakit cacing pita.

Penyebab penyakit ini, lanjut dia, diduga karena konsumsi daging babi yang tidak dimasak atau kurang matang saat dimasak.

"Di sini kan ada makanan khas Simalungun, yakni hinasumba atau holat, yang bahan makanannya dari daging babi yang memang tidak dimasak," ujar Umar, Senin (26/3/2018).

Umar mengatakan, penemuan itu bermula pada Oktober 2017 saat ada pasien berobat ke kliniknya.

Pasien itu mengaku, saat dia membuang kotoran mengeluarkan potongan-potongan cacing. Berangkat dari pengakuan itu, Umar Zein mengajak tim dari FK UISU menuju ke lokasi asal pasien tersebut di Nagori Dolok, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Simalungun, 21 Oktober 2017.

Setelah melakukan penelitian beberapa hari, tim memberikan obat untuk dikonsumsi warga. Lalu, pada 2 November 2017, ditemukan kasus saat seorang warga membuang kotoran, dia mengeluarkan cacing pita sepanjang 10,5 meter.

"Bisa jadi ini merupakan cacing pita terpanjang di dunia," ujar Umar.

Dari 171 kasus serupa yang ditemukan, panjang cacing pita beragam, mulai dari 2 meter hingga 8,6 meter.

"Total yang kami temukan 171 kasus. Ada juga warga yang membuang kotoran yang kemungkinan juga ada cacing pita," kata Umar.

Atas temuan ini, pihak FK UISU melakukan kerja sama dengan tiga universitas asal Jepang dan empat universitas di Indonesia untuk melakukan penelitian.

Baca: 3 Masalah Kolesterol Dapat Diatasi Dengan Daun Sirih Merah, Begini Caranya

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved