Wanita Buta ini Rela Rawat Gadis Bisu yang Terlantar, Tak Disangka 20 Tahun Kemudian Ini Balasannya

Tak tega, wanita ini memutuskan untuk merawatnya dan membesarkannya layaknya anak kandungnya sendiri.

Kolase Sriwijaya Post/Viral 4 Real

Saat mengganti pakaian sang anak, Ping menemukan secarik kertas yang diselipkan di dalam pakaian lama sang anak.

Menyadari kalau kertas ini mungkin akta kelahirannya, Ping langsung bergegas menemui temannya untuk meminta bantuan membacakan surat tersebut.

Namun, kertas tersebut bukanlah akta kelahiran ataupun informasi tentang siapa bocah tersebut dan dimana keluarganya.

Dengan ekspresi sedih, sang tetangga mengatakan :

"Ping, anak ini memang sengaja ditelantarkan oleh kedua orangtuanya."

"Kertas ini bukan akta kelahirannya."

"Ini surat keterangan dari rumah sakit."

"Disini tertulis kalau bocah ini bisu."

"Usianya sudah dua tahun dan hingga sekarang kita tak pernah mendengar suaranya, jadi anak ini pasti punya penyakit!."

"Sia-sia saja kau mengorbankan waktu dan uangmu untuk mengurusi anak ini !" ujar sang tetangga kepada Ping.

Mendengar ucapan temannya, Ping berkata :

"Apa ? Dia bisu? Malang sekali nasibnya. Kenapa ornagtuanya tega menelantarkannya?"

"Jika memang dia ditelantarkan, maka aku akan mengangkatnya sebagai anak."

"Ping ! Kami tau kau orang baik dan mungkin kami tak bisa mencegahmu untuk merawat anak ini."

"Ini sekantung beras. Tolong jangan menolak. Bawalah pulang dan berikan anak itu makan dengan beras ini. Kita ini bertetangga, sudah seharusnya saling membantu," ujar sang teman mendengar jawaban Ping.

Air mata langsung mengalir deras di wajah Ping.

"Terima kasih. Terima kasih banyak," ujar Ping sembari menangis.

===

Sejak saat itu, Ping menjadi ibu bagi bocah tersebut.

Satu-satunya masalah bagi Ping adalah dia tak pernah mendnegar sekalipun bocah tersebut memanggilnya ibu.

Meski begitu, Ping tetap menyayanginya dan memberinya nama Jie kecil.

Semakin hari, Jie semakin tumbuh dewasa.

Sejak tinggal dengan ibu angkatny ayang mengalami kebutaan, Jie sudah belajar untuk mandiri bahkan sejak masih belia.

Jie pun sudah memasuki masa sekolah, namun Jie tidak bisa berbicara.

Walaupun tak bisa berbicara, Jie sebenarnya adalah anak yang sehat.

Mengetahui hal ini, Ping sang ibu merasa khawatir kalau sang anak mungkin akan mengalami kesulitan saat akan bersekolah.

Suatu hari, Ping mendengar kabar ada sebuah tempat pijat yang mempekerjakan tunanetra untuk memijat pelanggannya.

Ping yang tertarik meminta beberapa penduduk desa mengantarnya ke kota untuk melamar pekerjaan di tempat tersebut.

Tekad Ping untuk bekerja semakin tinggi manakala pemilik tempat tersebut mempersilahkannya untuk mencoba terlebih dahulu.

Disaat ada yang menghina atau membullynya, Ping berusaha untuk bertahan, semata demi niatnya mendapatkan uang agar Jie bisa bersekolah.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Viral 4 Real)

===

Beberapa bulan kemudian, Ping sudah menguasai tehnik memijat.

Namun masalahnya ada pada tenaganya yang mungkin tak sama dengan pemijat lain yang lebih muda darinya.

Ping memang bisa memijat dan beberapa pelanggan merasa puas.

Perlahan tapi pasti, Ping bisa mengumpulkan uang yang bisa dipakainya untuk menyekolahkan Jie.

Jie memang sudah bersekolah, namun dia harus hidup sendirian karena sang ibu bekerja di kota.

Ping selalu pulang pada hari Minggu dan membawakannya makanan serta peralatan sekolah baru.

Tak mau mengecewakan sang ibu, Jie bertekad untuk membalas jasa sang ibu.

Hal ini terbukti karena Jie sering berada di peringkat 10 besar di kelasnya.

Ping sadar sang anak mungkin sering dibully disekolahnya,namun yang bisa ia lakukan hanya bersabar sembari terus mencari uang dan memberi kesempatan pada Ping agar bisa menjalani hidup yang normal layaknya anak-anak pada umumnya.

===

Sementara itu, Jie yang hidup sendiri tumbuh menjadi anak yang pemaaf dan penyabar.

Dirinya tak meras amalu meski hidup dalam keluarga yang mengalami disabilitas.

Ia bahagia Ping mau mengadopsinya.

Meski begitu, Jie sering merasa kecewa karena tak bisa memanggil Ping dnegan kalimat 'Ibu', atau sang ibu tak bisa melihat ketika dia menulis kata ibu di atas secarik kertas.

Tak lama, Jie pun lulus dari sekolah dasar dan sebenarnya harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Jie memang merasa senang bis amerasakan kasih sayang dari Ping setiap hari.

Setiap kali sang ibu pulang atau bekerja di kota, Jie selalu memastikan semua pekerjaan rumah beres agar saat pulang, ibunya bisa fokus beristirahat.

===

Tak terasa, 10 tahun sudah Ping bekerja sembari membesarkan Jie.

Ping yang melihat Jie sudah remaja tak bisa menutupi kebahagiaannya karena Jie akan segera duduk di bangku universitas.

Baginya, membesarkan seorang anak yang dulunya ditelantarkan adalah sebuah kebahagiaan dan kebanggan tersendiri.

Yang membuatnya sedih hanyalah kondisi Jie yang bisu.

Selama ini Ping sudah berusaha meminta bantuan dari dokter yang mungkin bisa menyembuhkan anaknya, namun semua usahanya nihil.

Ping sadar, kalaupun ada yang bisa menyembuhkan anaknya, biayanya tentu akan sangat mahal.

Namun selama 10 tahun lebih bekerja, Ping rupanya sudah menabung agar kelak suatu saat bisa dipakai untuk menyembuhkan sang anak.

Waktu pun berlalu dan Jie akhirnya sudah lulus kuliah.

Saat mengingat kembali masa dimana dia pertama kali menemukan Jie, Ping seolh tak percaya kalau waktu sudah berjalan selama 20 tahun.

Ping memilih untuk bertahan dan membesarkan Jie, daripada menelantarkannya seperti apa yang dilakukan kedua orangtuanya.

===

Setelah Jie lulus, Ping jarang mendengar kabar dari Jie.

Sudah setahun sejak dia pertama kali melihat Jie, namun Ping tetap merasa bahagia karena dia tahu Ping sudah menjalani perawatan medis untuk menyembuhkan penyakit yang membuatnya tak bisa berbicara.

Salah satu guru Jie memang merekomendasikan agar Jie memeriksakan kondisinya ke sebuah rumah sakit umum yang memang dikenal sering berhasil menangani pasien yang berobat kesana.

Selama menunggu, Ping sering memimpikan anaknya pulang kerumah dan memanggilnya ibu.

Sudah tak terhitung berapa kali dirinya merasa bahagia saat memikirkan kelak Jie bisa menjalani kehidupan normal seperti orang biasa.

Setiap kali mengingat itu, senyum selalu terlihat di wajahnya.

Setengah tahun kemudian, Jie akhirnya pulang ke rumah.

Jie sengaja tak memberitahukan kepulangannya pada sang ibu untuk memberikannya kejutan.

Ketika berdiri di depan pintu yang diketuknya, sang ibu keluar dari dalam rumah.

Jie membuka mulutnya lalu berkata "Ibu, aku pulang, ibu !"

"Maaf nona, anda siapa dan kenapa kau memanggilku ibu," jawab Ping yang merasa tak mengenali suara tersebut.

"Bu, aku Jie, aku sudah pulang. Ingat kan aku waktu itu berobat ? Hasilnya sukses, sekarang aku bisa bicara ibu !," ujar Jie.

"Jie ? Kau Jie ! Kau sudah pulang nak. Apa yag barusan kau katakan ? Apa yang barusan kau katakan ? " ujar Ping sembari terharu.

"Ibu, ibu, ibu, aku memangiglmu ibu!" ucap Jie dengan rasa senang.

Tak mampu menahan rasa harunya, Ping langsung memeluk sang anak setelah memndengarnya mengucapkan kalimat yang selama ini sudah sangat ditunggunya.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Viral 4 Real)

===

Di dalam benaknya, Ping merasa bahagia, 20 tahun perjuangannya membesarkan sang anak tidak berakhir sia-sia, dan keputusannya untuk mengadopsi Jie adalah keputusan yang benar.

Tak lama, Jie akhirnya menikah dengan pria pujaan hatinya dan Ping diajak untuk tinggal bersama keluarganya.

Jie masih ingat kalau dulu dirinya ditelantarkan.

Meski begitu dirinya merasa jika hal itu tak sepenuhnya hal yang salah.

Jika dirinya tak ditelantarkan, mungkin dirinya tak akan pernah bertemu dengan wanita yang kini dipanggilnya sbagai ibu.

Bagi Jie, masa kecilnya bersama Ping, snag ibu, adalah hal yang tak akan pernah dirinya lupakan seumur hidup.

===

(Sripoku.com/A. Sadam Husen)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved