Meletusnya Gunung Api Toba
Gunung Toba Meletus Picu Musim Dingin di Afrika
Indonesia yang kaya dengan kekayaan alam nan indah termasuk ratusan gugusan gunung yang menjulang tinggi mempunyai catatan sejarah .
Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
Chad L. Yost, salah satu peneliti kemudian mempelajari potongan mikroskopis tanaman yang terawetkan di dalam inti dua sedimen di danau Malawi, danau yang terletak paling selatan di Afrika Timur.
Ia menganalisis sampel arang dan bagian tanaman mengandung silika yang disebut phytoliths.
"Ini adalah penelitian pertama yang memberikan bukti langsung mengenai dampak letusan Toba pada vegetasi, baik sebelum dan sesaat setelah letusan tersebut," katanya.
Jika hipotesis bencana Toba benar, harusnya akan semakin banyak arang yang hanyut ke danau akibat vegetasi yang terbakar.
Namun ia tidak menemukan peningkatan arang di luar angka normal pada sedimen yang diendapkan setelah letusan.
"Ini mengejutkan karena hasilnya tidak terjadi pendinginan yang parah padahal letusan Toba sangat luar biasa hebat," tambahnya.
"Kami menemukan bahwa letusan Toba tidak memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan vegetasi di Afrika Timur," katanya menyimpulkan.

Pemicu
Peneliti mengungkap pemicu letusan gunung api super Toba, letusan terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia. Pengetahuan itu bisa menjadi dasar untuk memprediksi letusan gunung api super pada masa yang akan datang.
Selama ini peneliti bertanya-tanya, bagaimana letusan Toba pada 74.000 tahun lalu bisa begitu besar.
Dalam letusan itu, 2.800 kilometer kubik abu vulkanik dilepaskan ke atmosfer, memicu tahun tanpa musim panas di Eropa, serta membuat manusia di ambang kepunahan.
David Budd dari Departemen Ilmu Kebumian di Universitas Uppsala dan timnya menganalisis kristal kuarsa vulkanik yang dihasilkan dari letusan Toba.
Kristal tersebut menunjukkan perubahan kimia dan termodinamika dalam magma.
"Mirip lingkaran tahunan pohon yang merekam variasi iklim," kata Budd seperti dikutip Daily Mail, Kamis (26/1/2017).
"Saat kondisi magma berubah, kristal merespons dan membentuk zona berbeda yang merekam perubahan ini."
Penelitian ini penuh tantangan.