Terungkap ! Ternayata Ini Penyebab Kelangkaan Beras di Sumsel

urah hujan yang terjadi akibat perubahan iklim dan serangan hama menjadi salah satu sebab kelangkaan b

Penulis: Rangga Erfizal | Editor: Odi Aria Saputra
SRIPOKU.COM/HARIS WIDODO
Para pekerja beras di Pasar Sekanak sedang memilah beras untuk dijual kembali, Kamis(11/1). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG— Curah hujan yang terjadi akibat perubahan iklim dan serangan hama menjadi salah satu sebab kelangkaan beras yang selama ini menjadi masalah di berbagai wilayah di Indonesia, tak terkecuali wilayah Sumatera Selatan.

Dinas Pertanian Sumsel mencoba mencari jalan dalam mengoptimalisasikan lahan yang selama ini terdampak perubahan iklim.

Kepala Dinas Pertanian Sumsel, Erwin Noorwibowo S.TP, mengatakan saat ini produksi beras terhambat karena adanya hama dan faktor iklim, yang tersebar di wilayah pertanian OKU Timur sekitar 20 hektar lebih.

Belum lagi dengan kondisi lahan yang sering terendam di berapa wilayah.

Dari 400 ribu hektar lahan pertanian di Sumsel, terbagi dalam dua jenis tanah.

Sekitar 200 ribu hektar tanah di lahan lebak dan rawa, serta 200 ribu hektar berada pada lahan pasang surut.

Kondisi tanah tersebut terkadang membawa dampak terhadap produksi.

“Adanya hama dan iklim sangat berpengaruh terhadap kelangkaan beras.
Hal ini karena wilayah pertanian sumsel didominasi oleh rawa dan daerah pasang surut.

Sehingga kita akan mengoptimalkan penggunaan pompanisasi dan kanalisasi untuk mensiasati alam,” ujarnya.

Pompanisasi serta kanalisasi sendiri merupakan cara mensiasati perubahan iklim.

Selama ini kanalisasi sudah berjalan tetapi hanya dibeberapa wilayah sehingga perlu penambahan kanal untuk wilayah pertanian rawa.

Berbeda dengan pompanisasi, program ini baru berjalan selama satu tahun dan menjadi percontohan diwilayah lain.

Menurutnya sumsel menjadi percontohan daerah lain, karena baru pertama kali dan berhasil dapat meningkatkan hasil pertanian.

Selama ini daerah pasang surut hanya dapat digunakan ketika musim tanam.

“Selama ini sebelum adanya pompanisasi para petani dalam setahun hanya bisa satu atau dua kali menanam dalam setahun.

Namun semenjak ada pompanisasi, bisa mencapai tiga kali tanam dan panen.

Hal ini sangat membantu dalam meningkatkan hasil produksi,” ujarnya.

Baca: Polres Pagaralam Siapkan Walpri Kawal Paslon

Baca: KPU Umumkan Hasil Tes Kesehatan Para Calon Bupati/Wakil Bupati. Bapaslon Lulus Harus Lakukan Ini

Menyikapi keberhasilan pompanisasi dalam meningkatkan hasil produksi, menjadi target pemerintah daerah untuk terus berupaya menjadi contoh.

Selama tahun 2017 kelebihan beras di wilayah Sumsel banyak dikirim ke pulau Jawa dan memenuhi permintaan nasional.

Keberhasilan ini menjadi contoh Jambi, dan Sumbar serta wilayah lainnya.

“Untuk mengoptimalkan program pompanisasi kita meminta bantuan. Apa lagi pompanisasi sudah menjadi percontohan, baik csr dan dari beberapa PT

juga Kementerian Pertanian akan membantu, sudah saatnya kita bekerja cerdas mensiasati alam untuk mewujudkan kemandirian pangan, sehingga tidak perlu lagi mengimpor beras,” ujar Erwin.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved