Raja Saudi dan Dukun Urut dari Palembang, Bumbu Kisah Sukses Orang Indonesia di Mekkah

Mendengar jawaban si dukun, Raja Abdulaziz dan Amir Faisal tercengang. Dokter-dokter kerajaan mencibirkan bibirnya.

Penulis: antoni | Editor: Tarso
ist/net
Ilustrasi 

Namun yang diurut itu bukan kaki sang cucu Raja, melainkan sekerat rotan yang dia minta.

Sambil mengurut Amir Abdullah, si dukun komat-kamit membaca mantera.

"Sementara rotan itu diurutnya, Amir Abdullah memperkatupkan giginya sekeras-kerasnya menahan sakit." Setelah diurut selama tiga hari berutut-turut, kaki itu sembuh dengan sendirinya. Rasa takjub disiratkan oleh Raja.

Apakah ini sihir? Jika betul sihir ini tentu cilaka. "Sebab sihir haram dalam islam. Haram dan dosa besar," tulis Hamka.

Si dukun lalu dipanggil oleh raja. "Apakah ini sihir?" tanya Raja Abdulaziz.

"Tidak. Saya tidak ahli sihir."

"Mengapa rotan yang engkau urut, bukan kaki Amir?"

"Amir seorang mulia, tanganku tidak boleh menyentuhnya."

"Apakah yang engkau baca?" kejar Raja Abdulaziz.

"Doa kepada Tuhan, dengan itikad yang putus, dengan tauhid yang khalis, tidak mengharap dari pertolongan dari yang lain."

Raja heran dan amir-amir lain pun heran.

"Katakanlah apa yang engkau suka!"

"Kesukaanku hanya satu." kata si dukun.

"Apa?" tanya si Raja.

"Lanjutlah usia Sri Baginda Raja!"

Buya HAMKA
Buya HAMKA (ist/net)
Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved