Ini Sosok Kiyai Subchi, Guru Jenderal Soedirman dan Bambu Runcing
Ia sebagai penasihat BMT (Barisan Muslimin Temanggung) yang kemudian dikenal menjadi Barisan Bambu Runcing.
Penulis: Panji Maulana | Editor: Sudarwan
Peristiwa ini pun menjadi "Darah Juang baru" atau semangat bagi para pemuda pada saat itu dan sangat yakin kalu cucukan bambu runcing ini memiliki suatu keiistimewaan tersendiri.
Hal ini pun menjadi sutu ritual rutin yang apabila ada pasukan baru yang menggunakan cucukan bambu runcing, mereka pasti akan mendatangi Kiyai Subchi untuk meminta doa.
Firasat Kiyai Subchi pun benar, setahun setelahnya Jepang pun datang dan terjadi perang besar antara Jepang dan Belanda.
Pada awalnya Pasukan Jepang ingin menguasai Parakan namun dihadang oleh pasukan bambu runcing yang dipimpin oleh Kiyai Subchi.
Akhirnya pasukan Jepang memilih mundur dan melanjutkan gerakannya ke Wonosobo.
KLabar tentang pasukan Bambu Runcing pimpinan Kiyai Subchi ini menyebar secara cepat ke daerah lainnya setelah mampu menghalau pergerakan Jepang di Parakan.
Sejak itulah, senjata Cucukan Bambu Runcing pun banyak diugunakan di banyak daerah dan berhasil memukul mundur pasukan asing.
Dilansir oleh wikipedia, Ternyata dalam realitas sejarah, perjuangan dengan menggunakan senjata bambu runcing, terjadi pada hampir semua medan perang.
Lasykar-lasykar rakyat BKR, AMRI, Hizbullah, Sabilillah dan sebagainya yang terlibat pada pertempuran di berbagai peristiwa, menggunakan senjata Bambu Runcing sebagai senjata utama, sebelum mereka mampu merebut senjata musuh.
Peninggalan-peninggalan sejarah Bambu Runcing khusus yang berhubungan dengan Bambu Runcing Parakan bisa dilacak ke tempat, atau para kiai yang pernah terlibat dalam berbagai peristiwa Bambu Runcing.
Sampai sekarang Rumah KH Subkhi masih berdiri dan berbagai peninggalannya, Rumah KH R Sumo Gunardo masih adan juga beberapa peninggalanya, ada yang di Museum Monjali (Monumen Jogja Kembali), Pondok Pesantren KH M Ali sampai sekarang masih berdiri dan terus berkembang.
Bekas kantor BMT dan pusat penyepuhan walaupun telah berubah, namun jejak-jejaknya masih ada.
Dan khusus sumur yang sering di ambil airnya untuk penyepuhan Bambu Runcing juga masih ada.
Khusus di Temanggung bahkan tempat Kiai Mandzur di kenal dengan Mujahidin, samapi sekarang menjadi pusat kegiatan Tarekat.
Perjuangan bersenjata yang melibatkan senjata Bambu Runcing oleh berbagai lasykar rakyat dalam perjuangan kemerdekaan sangat jelas dan nyata.
Bahkan selama masa setelah Proklamasi Kemerdekaan dengan musuh utama Jepang, Belanda dan Sekutu, di mana pada saat itu bangsa Indonesia belum memiliki cukup senjata, maka Bambu Runcing menjadi senjata massal rakyat Indonesia.
Kepemlikan senjata modern oleh rakyat, setelah mampu merebut dari senjata musuh terutama dari Jepang yang telah menyerah.