Ini Sosok Kiyai Subchi, Guru Jenderal Soedirman dan Bambu Runcing
Ia sebagai penasihat BMT (Barisan Muslimin Temanggung) yang kemudian dikenal menjadi Barisan Bambu Runcing.
Penulis: Panji Maulana | Editor: Sudarwan
Namun, karena kepiawaiannya dan keahliannya dalam ilmu agama patut diacungi jempol.
Dia adalah seorang guru dari sosok pahlawan hebat di Indonesia yaitu Jenderal Soedirman.
Pada waktu itu, saat terjadi penyerangan di Parakan, semua pejuang datang dan suwon (mengunjungi)-nya dalam upaya meminta doa.
Dalam komandonya pula, ada banyak laskar yang bergabung untuk membantu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada masa itu.
Misteri Kekuatan Bambu Runcing
Bambu Runcing sebenarnya salah satu strategi standar yang digunakan untuk menghalangi pergerakan musuh.
Seperti yang terjadi pada saat pasukan Indonesia mampu menghalau masuknya Jepang ke Indonesia.
Pada tahun 1941, Kiyai Subchi mengumpulkan para santri dan pemuda desa untuk mengadakan persiapan perang melawan penjajah.

Dalam pertemuan tersebut dihadiri oleh Kiyai Noer (Putera Kiai Subchi) dan Iurah Masud (Adik Kiyai Subchi).
Dalam pertemuan tersebut menghasilkan kata mufakat untuk membentuk suatu pasukan yang bernama Hizbullah-Sabillah yang mendapat komandoi langsung dari Kiyai Subchi.
Saat awal pembentukannya, pasukan ini mengalami kekurang persenjataan.
Mereka hanya memiliki pedang, golok, klewang, tombak dan keris.
Namun, sejata-senjata tersebut jumlahnya sangat terbatas dan tidak dimiliki oleh seluruh warga.
Dengan alasan itulah, Kiyai Subchi mengusulkan untuk membuat senjata cucukan (sebilah bambu yang ujungnya diruncingkan) karena bambu mudah diperoleh dan mudah untuk membuatnya dan juga dampak dari cucukan bambu runcing yang sangat fatal dan parah sehingga sangat sulit untuk diobati.
Akhirnya, usulan ini pun disepakati. Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara menyakinkan rakyat agar bersemangat walaupun hanya berbekal cucukan babu runcing.