Mitos Pantangan Menikah atau Hajatan di Bulan Suro, Ternyata ini Menurut Pandangan Islam
Bahkan ada yang mendefiniskan jika orang yang menikah di bulan suro maka salah satu dari mereka akan meninggal dunia.
Pantangan Menikah di Bulan Muharram menurut Islam.
“Suro” seperti nama-nama bulan jawa yang lain berasal dari bahasa arab 'Asyuro'.
Asyuro berasal dari kata 'Asyara' atau 'Asyrah' yang seperti sepuluh.
Asyuro merupakan hari yang ke sepuluh Muharram.
Ada yang mengatakan bahwa hari itu merupakan saat mulia yang kesepuluh dari sepuluh saat yang di muliakan Allah (Sembilan lainnya adalah bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Malam Qodar, Hari Fitri, hari-hari Asyar, hari Arafah, hari-hari Nahr dan hari Jumat).
Ada yang mengatakan karena pada hari Asyuro itu terjadi peristiwa penting dalam kehidupan 10 Nabi Allah.
Umat Islam sendiri menyambut bulan Muharam (Suro) sebagai tahun awal baru Hijiriyah.
Dari hari Asyuro-nya (tanggal 10 Muharam) ada yang melakukan puasa karena ada riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari itu.
(IST)
===
Kepercayaan yang menganggap bulan suro itu bulan 'Gawat' atau bulan 'Sial' sering dianggap berkaitan dengan tragedi Sayyidina Husein bin Ali dan sahabat yang terjadi pada bulan Asyuro di bulan Muharam.
Dalam khazanah kitab kuning sendiri, ada juga pendapat yang menghubung-hubungkan puasa Asyuro dengan musibah Husein tersebut.
Tentang adanya anggapan bahwa bulan suro bulan “seram” dan ada orang yang memandikan pusaka berupa keris dan lain-lain serta menghindari hajatan pernikahan dan lain-lain pada hari itu nyatanya tidak memiliki dasar yang jelas.
Pendapat yang mengatakan bahwa pernikahan pada bulan Muraham dapat membawa sial adalah pendapat yang sama sekali tidak ada landasannya dalam agama.