Heboh, Dukun Dikerahkan Buru Emas Milik Raja Sriwijaya di Cengal yang Dulunya Disebut Jalur Neraka

"Warga desa menemukan barang-barang itu, ketika lahan gambut terbakar dan warga hendak melakukan penanaman padi, ala sonor,"

Penulis: Mat Bodok | Editor: Hendra Kusuma
dok. Warga Cengal
Keong emas yang ditemukan warga di Situs Talang Petai. Sayangnya keong emas ini sudah dijual ke pedagang emas di Palembang 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Warga di Desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapa (OKI) sejak beberapa hari terakhir heboh dengan penemuan harta karun emas zaman Kerajaan Sriwijaya. Terlebih, setelah ditemukannya keong emas oleh warga.

Fenomena perburuan harta karun sudah menjadi hal yang tak asing ditemui dikalangan masyarakat, terlebih saat adanya penemuan-penemuan benda berharga di suatu wilayah.

Bahkan, Arkeolog Retno Purwanti mengungkapkan jika fenomena mencari peruntungan seperti ini sudah terjadi sejak tahun 2000 silam saat penemuan di Karang Agung dan kemudian kembali terjadi di 2009 ketika penemuan di daerah Cengal. Tak sampai disitu, baru-baru ini hal serupa juga terjadi Talang Petai Wilayah Desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapan.

Ada hal cukup menarik yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat ketika melakukan perburuan. Mulai dari menyiapkan perbekalan, mendirikan tenda dan menginap dilokasi, hingga membawa serta dukun atau pawang yang digadang-gadang mampu menunjukan lokasi benda berharga seperti emas di lokasi tersebut.

"Fenomena ini bukanlah hal baru, bahkan ada warga yang bawa dukun  atau pawang biar lebih cepat temukan barang itu. Untuk yang di Situs Talang Petai, saya tak tahu pasti apakah masyarakat lokal sana yang bekarang atau dari warga luar daerah," ungkapnya, Rabu (6/9).

Warga Cengal berbondong-bondong bekarang (mencari emas) di Situs Talang Petai. Bahkan warga rela berkemah berhari-hari di lokasi penemuan ini.
Warga Cengal berbondong-bondong bekarang (mencari emas) di Situs Talang Petai. Bahkan warga rela berkemah berhari-hari di lokasi penemuan ini. (Dokumen Warga Cengal)

Hasil temuan yang didapat oleh masyarakat tersebut biasanya akan dijual secara pribadi melalui jasa tengkulak dan kemudian dijual ke Bali. Untuk harga, temuan emas akan dibeli tengkulak seharga jual emas pada umumnya.

"Tengkulaknya biasanya dari orang-orang trans yang bermukim disitu atau juga Tengkulak dari Surabaya yang  kemudian dijual lagi ke Bali ke konsumen di Luar negeri. Karena pusat penjualan barang seperti ini disanalah," ungkap Retno.

Retno menyayangkan apa yang dilakukan masyarakat dengan menjual barang temuan yang ada di kawasan situs. Pasalnya, hal ini akan menghilangkan jejak-jejak peninggalan sejarah khususnya di Sumatera Selatan.

Ada baiknya, masyarakat yang menemukan barang berharga peninggalan sejarah menyerahkannya ke pemerintah daerah atau Dinas Kebudayaan setempat. Sehingga tetap menjaga kelestarian barang-barang sejarah.

Selain itu, Retno menghimbau pemerintah daerah kabupaten/kota membuat peraturan daerah (perda) sendiri terkait pelestarian cagar budaya. Karena selama ini di kabupaten khususnya belum ada aturan mengenai hal tersebut

"Kalau di provinsi ada aturannya, UU tentang pelestarian cagar budaya, sedangkan di daerah belum ada.
Sehingga masyarakat pun memperdagangkan hasil temuan, yang seharusnya dilindungi sebagai aset cagar budaya," pungkas Retno.

Talang Petai Tempat Pemukiman Bangsawan
PENELITI BPCB Novi Hariputranto mengatakan penemuan emas dan perunggu tersebut mengisyarakatkan bahwa ada pemukiman penduduk yang dulunya menempati wilayah Teluk Cengal ini merupakan kalangan berada.

"Setidaknya ada pemukiman bangsawan dahulunya di sini jika melihat hasil temuan ini," ujarnya.

"Kalau keramik itu dari luar, kalau gerabah itu dalam negeri," tambah rekannya Tarida Diami SHum.

Sehingga disimpulkan ada jalur transaksi perdagangan di wilayah ini dahulu kala.

Cincin emas bermotif bunga ditemukan warga di Situs Talang Petai Simpang Tiga
Cincin emas bermotif bunga ditemukan warga di Situs Talang Petai Simpang Tiga (Dok. Humas OKI)

Kepada Kusnaini Tarida mengatakan tujuan mereka datang ke lokasi ini dalam rangka mendata benda purbakala yang ditemukan Qori.

"Yang bernilai itu, nilai sejarahnya bu, kalau ibu jual maka nilainya akan hilang. Uang yang ibu dapat juga tentu habis," ungkap Tarida meyakinkan Kusnaini dan keluarganya.

"Mohon agar disimpan dan kami akan beli benda-benda ini tentunya dengan harga yang pantas ditambah jasa temuannya," ungkapnya.

Dikatakannya dalam waktu dekat tim dari BPCB akan datang lagi ke Cengal untuk menindaklanjuti temuan ini dan melakukan penelitian lebih lanjut terkait penemuan eks Bandar Kerajaan Sriwijaya ini.

Aliyung (50), pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani, juga ikut melakukan pencarian harta karun seperti Qori namun dia sedikit kurang beruntung.

"Ini yang saya temukan," ungkapnya sambil memperlihatkan Kayu berbentuk Dayung, satu keramik china bercorak naga, ayam jantan dan rusa.

Aliyung menceritakan benda-benda itu dia dapat di Talang Petai tiga hari yang lalu. Kayu Berbentuk Gayung menurut dia ditemukan dalam kubangan lumpur.

"Waktu saya ambil beratnya mencapai 20 kilogram, namun anehnya sekarang tampak kering dan ringan begini," tuturnya.

Aliyung berharap pemerintah melalui balai arkeologi dapat menjaga lokasi penemuan benda-benda bersejarah ini dan meminta yang berwajib turut mengamankan situs bersejarah yang diduga merupakan eks dermaga Sriwijaya ini.

"Kami yang sudah tua-tua ini hanya bisa meninggalkan sejarah. Sejarah leluhur itu tidak ternilai harganya. Kami berharap pemerintah turun langsung menyelamatkan situs bersejarah ini," harapnya.

Kini Bukan Lagi Jalur Neraka

MINGGU pagi telepon saya kembali berdering. Menerima panggilan kantor ketika libur menjadi hal biasa bagi saya sejak beberapa tahun terakhir tepatnya sejak diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara di Bagian Humas dan Protokol.

Di layar telepon genggam tertulis ibu Nila Dinas Pariwisata.

Dalam benak saya telepon Bu Nila pasti berkaitan dengan ditemukannya kembali benda berharga di Teluk Cengal yang heboh di media massa maupun media sosial sejak beberapa hari ini.

Perkiraan saya tepat. Ibu Nila mengatakan bahwa setelah kemarin ramai pemberitaan tentang penemuan benda bersejarah tersebut, tim peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi sedang dalam perjalanan menuju lokasi untuk mengecek kebenaran berita tersebut dan meminta saya untuk turut serta karena rasa ingin
tahu saya yang tinggi, saya langsung mengiyakan ajakan tersebut.

Hasil temuan Qori di Situs Talang Petai Desa Simpang Tiga
Hasil temuan Qori di Situs Talang Petai Desa Simpang Tiga (Dok. Humas OKI)

Senin pagi saya mendatangi hotel tempat menginap para arkeolog ini. Hotel ini satu di antara hotel terbaik di kota kecil ini. Tim ini terdiri dari tiga orang Novi Hari Putranto SS, Tarida Diami SS dan Muchlisin SPd.

Dari wajah masing-masing mereka masih kelelahan setelah menempuh perjalanan hingga 6 jam dari Jambi menuju Kayuagung.

Di sana juga menunggu Kepala Dinas Pariwisata OKI Ifna Nurlela, Kabid Kebudayaan, Nila Maryati satu orang staf dan sopir.

Setelah sedikit perbincangan dan perkenalan tepat pukul 07.15 WIB kami berangkat.

Perjalanan darat menuju Cengal membutuhkan waktu hingga tiga jam.

Waktu ini relatif lebih cepat seiring sudah diperbaikinya ruas Jalan Sepucuk sepanjang 38 Km yang menghubungkan Kayuagung dengan Pedamaran Timur membelah hamparan lahan gambut.

Sepanjang jalan kami masih menemui para pekerja yang sedang melakukan pengecoran jalan.

Perbaikan jalan Sepucuk memang menjadi prioritas Bupati sekarang, H Iskandar SE karena jalan ini merupakan akses utama bagi warga di empat kecamatan; Pedamaran Timur-Sungai Menang-Cengal dan Mesuji Raya.

Bertahun-tahun jalan ini menjadi jalur neraka bagi warga yang melintasi karena licin ketika ditimpa hujan dan berdebu di musim panas.

Namun kini Jalan Sepucuk sudah mulus hingga menghemat jarak tempuh kami menjadi sekitar 1 jam saja.

Perjalanan mulai terasa berat ketika melewati Jembatan Desa Kayulabu Kecamatan Pedamaran Timur.

Jalan bergelombang dan berdebu membuat perjalanan sedikit tidak nyaman.

Namun kami tetap terhibur menyaksikan hamparan gambut yang selama ini terbakar tampak mulai dihijaukan.

Rumput liar dan pohon gelam serta melihat aktivitas warga setempat yang ber mata pencaharian utama dari kebun sawit dan karet.

Memasuki Kecamatan Cengal, perkebunan sawit berubah menjadi perkebunan karet. Perkebunan karet ini selain milik perusahaan, juga masyarakat.

Hampir setiap dusun juga ditemukan rumah walet, yang dicat hitam dan ukuran jendela dan pintunya yang kecil.

Sejak tahun 2015 masyarakat Sungai Menang dan Cengal sudah mendapatkan fasilitas penerangan listrik dari negara.

Sebelumnya penerangan listrik didapatkan masyarakat dari jaringan listrik menggunakan generator yang diusahakan sejumlah warga.

Itu pun tetap menyiapkan generator kecil di rumah pengusaha listrik tersebut tidak mendapatkan pasokan BBM.

Kini rumah-rumah kayu itu sudah terang benderang oleh listrik negara dialirkan dari Kecamatan Mesuji.

Tiba di kantor camat kami disambut oleh Gotot Holden staf Kecamatan Cengal yang tampak sedang sibuk melayani masyarakat yang membuat KTP dan administrasi kependudukan lainnya.

"Pak camat ada undangan rapat di kabupaten tapi meski camat tidak ada pelayanan tetap berjalan baik," ujarnya sambil menyuguhi kami air mineral.

Warga Berburu Gundukan Emas di di Situs Talang Petai

WARGA di Desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapa (OKI) sejak beberapa hari terakhir heboh dengan penemuan harta karun emas zaman Kerajaan Sriwijaya. Terlebih, setelah ditemukannya keong emas oleh warga.

Adi Yanto, SPd dari Media dan Komunikasi Publik Setda OKI kepada Sripo menuturkan, penemuan itu menarik minat peneliti arkeologi dari Jambi. Penemuan keong emas itu di Talang Petai Wilayah Desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapan.

Bahkan, kata dia, minggu lalu ada warga yang menemukan emas berbentuk keong namun sayangnya keong emas tersebut sudah dijual warga ke toko emas di Palembang. Tak tanggung-tanggung harga yang ditawarpun mencapai ratusan juta rupiah.

Tim peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambiyang terdiri dari Novi Hari Putranto SS, Tarida Diami SS dan Muchlisin SPd menurut Adi langsung meninjau lokasi.

Bahkan Kepala Dinas Pariwisata OKI Ifna Nurlela, Kabid  Kebudayaan, Nila Maryati pun ikut serta.

Tokoh pemuda Cengal, Ringgu Umang atau yang dikenal warga setempat Siringgu menuturkan penemuan harta karun emas heboh sejak 2015 lalu.

"Sejak kebakaran hutan tahun 2015 lalu masyarakat disini mencari peruntungan di lahan sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah lepas pantai timur.

Ringgu tampak sudah akrab dengan para arkeolog dari BPCB Jambi. Wajar saja karena Ringgu adalah penghubung bagi orang luar yang akan melakukan penelitian atau sekedar berkunjung terkait penemuan benda sejarah di wilayah ini.

Sejak tiga tahun ini katanya lagi warga di desa ini dihebohkan penemuan-penemuan benda berharga.

Tahun 2015 lalu penemuan terjadi di wilayah Sungai Bagan, Kanal 12, Pulau Tengkoran Pulau Pisang dan Kemada beberapa situs di wilayah Desa Ulak Kedondong Kecamatan Cengal.

"Tahun ini di Talang Petai," tuturnya.

Menurut Adi, warga Cengal berbondong-bondong bekarang (mencari emas) di Situs Talang Petai. Bahkan warga rela berkemah berhari-hari di lokasi penemuan ini.

"Mereka bawa bekal, mendirikan tenda kalau malam suasananya ramai seperti di desa ini," tutur Ringgu.

Menuju lokasi penemuan emas di Talang Petai membutuhkan waktu hampir dua jam dengan naik perahu ketek menyusuri aliran sungai menuju arah Selat Bangka. Sewa perahu mencapai Rp 1 juta. "Sewa ketek, berapa hari mau nginap di sana, sudah selesai nanti dijemput lagi," ungkap Ringgu.

Qori salah satu pencari harta karun di Talang Petai yang menemukan cincin emas. Saat ditemui, ia sedang bekarang di lokasi pencarian emas. Yang ada hanyalah istrinya, Kusnaini.

"Baru saja bapak pergi berkarang (mencari emas)," ungkapnya. "Jangan khawatir, kalau mau lihat barang-barang temuannya ada," ungkapnya sambil mencabut emas yang membalut jari manisnya.

"Ini salah satunya di dapat suami saya dua hari yang lalu," ungkapnya sambil menyerahkan cincin emas berlukiskan bunga kepada Novi, Peneliti BPCB. Novi menaksir cincin emas itu memiliki kadar 9,58 gram lalu ditimbang beratnya 5,7 ons.

Kusnaini menceritakan cincin emas itu didapat suaminya di Talang Petai Desa Simpang Tiga Abadi. Ia belum berniat menjual cincin tersebut karena bentuknya yang indah. "Sayang kalau dijual. Ini saya mau simpan saja," ungkapnya.

Tidak hanya cincin emas, Kusnaini pun mengeluarkan barang-barang lain yang ditemukan suami dan anaknya. Ada serbuk emas yang dia bungkus dengan plastik obat, keramik Cina yang diduga berasal dari Dinasti Tang, anting-anting, mangkuk perunggu, manik-manik dan gerabah.

Tunggu Laporan
Temuan benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Teluk Cengal Kecamatan Cengal Kabupaten OKI, menjadi perhatian pemerintah daerah. Kepala Dinas Pariwisata OKI Ifna Nurlela melalui Kabid Kebudayaan Nila Maryati mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil dari tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi yang telah
meneliti benda kuno untuk memastikan kebenarannya.

"Dinas Pariwisata OKI masih menunggu hasil penelitian dari BPCB Jambi, yang hingga belum melaporkan hasil investigasinya ke dinas pariwisata," kata Nila.

Dikatakan, dinas tidak bisa menyimpulkan kalau benda tersebut asli peninggalan masa lalu atau bukan. Penyebabnya, Pemda OKI tidak memiliki alat untuk menguji coba benda temuan warga Cengal.

Menurut Nila, apabila benda yang ditemukan itu benar peninggalan pra sejarah dan memiliki nilai tersendiri. maka pemerintah berupaya melakukan penyelamatan benda-benda tersebut. "Kesulitan bagi OKI, karena di OKI tidak ada tenaga ahli dalam penemuan benda lama. Sehingga harus menunggu hasil laporan dari pihak BPCB," ujarnya.

Diakui Nila, di wilayah pesisir Pantai Timur OKI, memang banyak laporan tentang penemuan benda yang tertanam di bawah tanah, di atas lahan gambut. "Warga desa menemukan barang-barang itu, ketika lahan gambut terbakar dan warga hendak melakukan penanaman padi, ala sonor," ujar Nila.

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved