Heboh Sampai Luar Negeri, Ternyata Ini Manfaat hingga Cara Ritual Seks di Gunung Kemukus

Sex Mountain, begitulah julukan yang diberikan media asing kepada Gunung Kamukus yang konon digunakan oleh orang-orang untuk melakukan ritual sex.

Penulis: Panji Maulana | Editor: Candra Okta Della
Istimewa
Ritual seks di Gunung Kemukus 

@lisfara06 berpendapat,"Ritual yang engga sesuai dengan pancasila dan indonesia jadi jangan bangga..!!!"

@andianzi1 pun memliki pendapat yang serupa, "perbuatan seperti ini kok dibiarkan"

"Hmmmmmm" ritual ini ditanggapi dengan dingin oleh pemilik akun @aenugginjm.

berbeda dengan netizen lainnya, @bogabogas kurang percaya dengan ritual ini, "Benarkah? Hoax kali.Kemungkinannya tipis."

------------
Sejarah Gunung Kamukus

Konon ketika kerajaan Demak menyerang Majapahit, runtuhlah kejayaan dari Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu Pangeran Samudera dan Ibunya ikut ke Demak

Selama tinggal di Demak, Pengeran Samudra belajar Islam kepada Sunan kalijaga dan kemudian melanjutkan perjalanan mencari ilmunya kepada Kyai Agung Gugur dari desa Pandan Gugur di lereng gunung Lawu.

Setelah dirasa cukup mendapatkan ilmu, pangeran Samudra kembali ke Demak.

Dalam perjalannya pulang, Pangeran Samudra singgah di Desa Gondang untuk menyiarkan agama Islam disdesa tersebut.

Setelah itu, Pangeran Samudra melanjutkan perjalanannya, akan tetapi Pangeran Samudra jatuh sakit. Karena tak kuat menahan sakit akhirnya berhenti di Dukuh Doyong (sekarang wilayah Kecamatan Miri) dan akhirnya Pangeran Samudra meninggal dan jasadnya dimakamkan di perbukitan Dukuh Miri.

Masyarakat sekitar memberikan tempat itu nama “Dukuh Samudro” yang sampai kini terkenal dengan nama “Dukuh Mudro”.

Semula makam Pangeran Samudro masih sangat sepi karena masih berupa hutan, dan masih banyak dihuni oleh binatang-binatang buas. Lambat laun masyarakat mulai mulai banyak mendiami desa tersebut.

Selama berdiam di lokasi itu, masyakarat kerap melihat kabut hitam seperti asap yang berbentuk kukusan (tempat mengukus nasi terbuat dari bambu) tampak menyelimuti makam Pangeran Samudera yang dipercaya masih ada garis keturunan dengan Kerajaan Majapahit.

Kabut itu terlihat menjelang musim hujan atau musim kemarau, muncul seperti asap (kukus).

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved