Tragis! Wanita Ini Digauli Berkali-kali oleh 2 Pria Sebelum Hari Pernikahan, Begini Kisahnya

Ketika Terry Gobanga tidak muncul dalam acara pernikahannya, tak ada seorang pun yang menduga bahwa ia telah diculik, diperkosa, dan ditinggalkan dala

Editor: Candra Okta Della
Ilustrasi
Ilustrasi perkosa121 

Kami berbicara, dan ia mengatakan kepada saya bahwa dirinya serta dan teman-temannya ingin menggelar pernikahan saya, tapi saya tidak perlu keluar uang sepeser pun.

"Lakukan apa saja, apapun yang kamu mau," katanya.

Saya sangat gembira. Saya bisa memilih berbagai kue pesta, yang lebih mahal. Selain bisa menyewa gaun, saya pun bisa memiliki baju pengantin lainnya.

Bulan madu yang tragis

Pada Juli 2005, tujuh bulan setelah pernikahan kami yang pertama direncanakan, Harry dan saya menikah dan pergi berbulan madu.

Selang 29 hari kemudian, di suatu malam yang dingin, kami berada dalam rumah. Harry menyalakan kompor arang dan membawanya ke kamar tidur.

Setelah makan malam, ia memindahkannya karena ruangan itu benar-benar hangat. Saya berada di bawah selimut saat ia mengunci rumah.

Saat di tempat tidur ia mengatakan merasa pusing, tapi kami tidak pikir tidak ada apa-apa.

Malam itu begitu dingin, sehingga kami tidak bisa tidur, jadi saya menyarankan untuk membawa selimut lagi. Tapi Harry mengatakan ia tidak bisa membawanya karena tidak kuat.

Anehnya, saya juga tidak bisa beranjak. Kami menyadari ada yang tidak beres. Ia pingsan. Saya pingsan. Saya ingat saya memanggilnya. Saat itu ia merespons saya, namun kemudian ia tidak merespon lagi.

Saya memaksa diri saya untuk beranjak dari tempat tidur dan muntah, yang memberi saya kekuatan. Saya mulai merangkak ke arah telepon. Saya menelepon tetangga saya dan berkata: "Ada yang tidak beres, Harry tak sadarkan diri."

Tetangga saya langsung datang, tapi butuh waktu lama untuk saya merangkak ke pintu depan agar ia bisa masuk saat aku pingsan. Saya melihat sekelompok orang datang, menjerit. Dan saya ambruk tak sadarkan diri lagi.

Saya terbangun di rumah sakit dan bertanya dimana suami saya berada. Mereka bilang mereka sedang merawatnya di kamar sebelah.

Saya berkata,  "Saya adalah seorang pendeta, saya telah melihat cukup banyak dalam hidup saya, saya ingin Anda terus terang kepada saya."

Dokter menatap saya dan berkata, "Maaf, suamimu tidak tertolong." Saya tidak bisa memercayainya.

Peti mati

Kembali ke gereja untuk pemakaman adalah hal yang sangat mengerikan. Baru sebulan yang lalu saya ke sana dengan gaun putih, bersama Harry berdiri di depan dan terlihat tampan dengan jasnya. Kini, saya mengenakan pakaian serba hitam dan melihat suami saya dimasukkan ke dalam peti mati.

Orang-orang mengira saya telah dikutuk dan mereka menjauhkan anak-anaknya dari saya. "Ada pengaruh buruk yang dalam dirinya," kata mereka. Pada satu titik, saya benar-benar mempercayainya.

Sedangkan yang lainnya menuduh saya telah membunuh suami saya. Itu membuat saya sangat sedih karena saya sedang berduka.

Hasil autopsi menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi. Suami saya meninggal akibat keracunan karena karbonmonoksida yang memenuhi paru-parunya, ia tercekik dan tersedak.

Saya hancur berkeping-keping. Saya merasa dikecewakan oleh Tuhan, saya merasa dikecewakan semua orang. Saya tidak percaya bahwa orang bisa tertawa, pergi keluar dan hanya menjalani hidup. Saya terpuruk.

Suatu hari saya sedang duduk di balkon melihat burung-burung berkicau dan saya berkata: "Tuhan, bagaimana kau bisa merawat burung-burung ini tapi saya tidak?"

Pada saat itu saya ingat ada 24 jam dalam sehari - duduk dalam keadaan depresi dengan gorden tertutup. Tanpa terasa sudah seminggu, sebulan, setahun terbuang sia-sia. Itu adalah kenyataan yang sulit.

Saya mengatakan kepada semua orang bahwa saya tidak akan pernah menikah lagi. Tuhan mengambil suami saya, dan rasa kehilangan itu terlalu banyak. Itu adalah sesuatu yang tidak saya inginkan pada siapa pun. Rasa sakitnya luar biasa.

Jatuh cinta

Tapi ada satu orang - Tonny Gobanga - yang terus berkunjung. Ia mendorong saya untuk berbicara tentang suami saya dan memikirkan masa-masa indah.

Suatu saat ia tidak menelepon selama tiga hari dan saya sangat marah. Saat itulah saya tersadar bahwa saya telah jatuh cinta padanya.

Tonny ingin meminang saya, tapi saya menyuruhnya untuk membeli majalah, membaca kisah saya dan memberitahu saya apakah ia masih mencintai saya. Ia kembali dan mengatakan bahwa ia masih ingin menikahi saya.

Tapi saya mengatakan kepadanya, "Dengar, ada hal lain - saya tidak bisa punya anak, jadi saya tidak bisa menikah denganmu."

"Anak-anak adalah anugerah dari Tuhan," katanya. "Jika kita mendapatkannya, Amin. Jika tidak, saya akan punya lebih banyak waktu untuk mencintaimu."

Saya berpikir, Wow, jadi saya menerima pinangannya.

Tonny pulang untuk memberi tahu orang tuanya, mereka sangat gembira, sampai mereka mendengar cerita tentang saya. "Kamu tidak bisa menikahinya, ia sudah dikutuk," kata mereka.

Ayah mertua saya menolak menghadiri pernikahan, tapi kami tetap melanjutkannya. Ada 800 tamu yang datang ke pernikahan kami, mereka yang datang kebanyakan diliputi rasa penasaran.

Tiga tahun sudah pernikahan pertama saya berlalu dan saya sangat takut. Saat pemberkatan di gereja, saya berpikir, "Saya di sini lagi, Bapa, tolong jangan biarkan ia mati." Saat jemaat berdoa untuk kami, tangis saya pecah.

Kabar gembira, hamil

Setahun setelah kami menikah, saya merasa tidak enak badan dan pergi ke dokter. Yang mengejutkan dokter mengatakan saya hamil.

Seiring berjalannya bulan, saya diberi banyak istirahat, karena bekas luka tusukan di rahim saya. Tapi semua berjalan dengan baik, dan kami memiliki bayi perempuan yang kami namai Tehille. Empat tahun kemudian, kami memiliki seorang bayi perempuan, kami beri nama Towdah.

Kini, saya dan ayah mertua saya menjadi teman baik.

Saya menulis sebuah buku, berjudul Crawling out of Darkness(Merangkak di Kegelapan) yang mengisahkan tentang berbagai cobaan berat yang saya alami, untuk memberi harapan kepada orang-orang untuk bisa bangkit kembali.

Saya juga mulai merintis sebuah organisasi bernama Kara Olmurani. Kami bekerja dengan para penyintas perkosaan, bukan korban perkosaan. Kami menawarkan konseling dan dukungan. Kami ingin membangun sebuah rumah bagi mereka agar mereka bisa datang dan menemukan pijakan sebelum kembali menghadapi dunia.

Saya sudah memaafkan orang-orang yang memerkosa saya. Itu memang tidak mudah tapi saya menyadari tidak bermanfaat marah kepada orang-orang yang mungkin tidak peduli. Agama saya mengajarkan untuk memaafkan dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi dengan kebaikan.

Yang paling penting adalah berduka. Melaluinya. Marahlah sampai Anda bersedia melakukan sesuatu tentang situasi Anda.

Anda harus terus maju, merangkak jika harus melakukannya. Tapi teruslah maju meraih takdir Anda karena takdir sudah menunggu, dan Anda harus berjalan dan mendapatkannya.

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved