Sianida di Tubuh Mirna Bisa Terjadi Karena Proses Kematian
Jadi, kata dia, mungkin saja hasil 0,2 miligram per liter di cairan lambung Mirna setelah kematian.
Selain itu tak ada sianida yang terdeteksi dari hasil cairan lambung yang diambil 70 menit setelah kematian. Sianida hanya ada dalam jumlah sedikit setelah tiga hari kematian.
"Tidak ada sianida di lambung dan hanya ada 0,2 mg/l setelah 3 hari, dengan metode pengujian yang sama, maka kenapa bisa ada sianida ini karena setelah proses kematian," kata dia di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (21/9/2016).
Dia menjelaskan, sianida dapat berakibat kematian termasuk dengan menghirup dan dapat tertelan atau masuk melalui mulut.
Apabila tertelan, pertama masuk ke lambung, usus, aliran darah dan beredar ke seluruh tubuh serta berefek ke otak, hati dan seluruh jaringan tubuh.
"Orang yang menghirup dalam jumlah banyak akan ditemukan dalam hati, paru-paru dan darah. Dan jika tertelan sianida masuk ke dalam lambung, hati, paru-paru dan darah. Karena sianida menghambat darah,” jelas Michael.
Namun, di kasus kematian Mirna, menurut dia, tidak ada bukti sianida masuk ke mulut.
Ini diperkuat karena di dalam air seni tidak ada sianida.
Dia menilai ini tidak lazim, karena pada umumnya ada sianida di urine termasuk di cairan empedu dan hati.
"Maka tidak ada bukti toksikologi sianida masuk dalam mulut. Dalam kasus ini, saya kira yang dimasukan sianida dalam bentuk cair. Atau zat yang telah digradasi terlebih dahulu," kata dia.
Berdasarkan hasil rekonstruksi dari data yang diberikan dan dari teori yang dia pelajari selama menekuni bidang toksikologi, maka dia menegaskan tidak dapat ditentukan kapan waktu sianida dimasukkan ke dalam kopi.(*)
