SMKN 7 Palembang Juara Lomba Video Pendek BNPT
Para siswa SMA/MA peserta seleksi video pendek "kita boleh beda" diajak menonton film mata tertutup di Hotel Sintesa Peninsula, Kamis (8/9/2016).
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM, PALEMBANG --- Siswa SMKN 7 Palembang dinobatkan sebagai juara pertama seleksi video pendek "kita boleh beda" yang digelar BNPT (Badan Nasional Pencegahan Terorisme) yang berlangsung 7-8 September 2016 di Hotel Sintesa Peninsula.
Juara 1 SMKN 7 Palembang selain mendapat hadiah tropi juga diberikan uang pembinaan sebesar Rp 5 juta.
Kemudian juara keduanya diraih pelajar SMAN 17 Plus Palembang yang mendapat hadiah tropi dan uang Rp 2,5 juta. Sedangkan juara ketiga diraih SMAN 1 Belitang yang mendapat hadiah tropi dan uang Rp 1 juta.
Para siswa SMA/MA peserta seleksi video pendek "kita boleh beda" diajak menonton film mata tertutup di Hotel Sintesa Peninsula, Kamis (8/9/2016).
Pengurus FKPT Sumsel Dr Periansya SE MM mengatakan kegiatan ini dilaksanakan di 32 provinsi di Indonesia dan Sumatera Selatan adalah penjurian yang ke 19.
"Dari sembilan video pendek yang masuk, juri telah diseleksi 3 film yang terbaik 1,2 dan 3 dan yang terbaik dari 3 film tersebut akan diikutkan lomba pada tingkat nasional pada bulan November yang akan datang," kata Periansya.
Acara juga diisi dengan kegiatan dialog film sebagai gagasan media damai pada siswa siswa SMA/MA sederajat.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kemiskinan, menjadi salah satu faktor pemicu masuknya paham dan ideologi radikalisme dimasyarakat. Untuk mencegah hal tersebut, seluruh elemen diharapkan bersama-sama membangun dan memperkuat rasa cinta tanah air sejak dini.
Kasubdit Pencegahan BNPT Dr Hj Andi Intan Dulung didampingi pengurus FKPT Sumsel Dr Periansya SE MM mengatakan, masyarakat dan remaja harus mendapat pemahaman ideologi sejak dini. Sehingga ketika berbagai ajaran dan paham radikalisme masuk di satu kawasan tertentu, mereka tidak menjadi korban dari ajaran tersebut.
“Yang penting saat ini bagaimana menguatkan generasi muda, agar lebih cinta tanah airnya dan memiliki pemahaman tinggi hingga tidak mudah dimasuki paham radikalisme,” tegas Andi Intan.
Dia mengungkapkan, kemiskinan dan kebodohan salah satu penyebab masuknya ajaran terorisme dan radikalisme. Daerah yang aman, sangat berpotensi besar berkembangnya ajaran tersebut. Remaja yang berpendidikan rendah dan berada dalam kawasan yang miskin menjadi target masuknya ajaran tersebut.
“Ini yang harus kita pahami bersama. Ketika seorang remaja mendapatkan ilmu dari seorang guru dan satu kitab pegangan. Kemungkinan akan dapat merubah sudut pandang remaja tersebut terhadap persoalan. Jika semakin dalam tertanam, maka aksi radikalisme dan terorisme akan berlangsung. Ini yang perlu diwaspadai,” katanya.
Dia mencontohkan, seperti di kawasan Indramayu ditemukan paham yang berbalut ajaran agama, yang memiliki keyakinan bahwa pahamnya lebih penting daripada menghormati dan berbakti pada orangtua.
”Jelas tidak ada satu agamapun di dunia ini yang memperbolehkan anak mendzolimi orang tuanya. Nah ini terjadi di Indramayu, artinya ketika ideologi tersebut mengakar akan terjadi pemahaman yang sangat kuat,” ujarnya.
BNPT sendiri, tambah Andi Intan, berupaya memberikan pendidikan dan pemahaman bahwa tindakan dan ideologi radikalisme jelas merusak tatanan dan bertentangan dengan agama yang mengajarkan kedamaian. Salah satunya, lewat kompetisi video pendek tentang pentingnya pemahaman nilai-nilai kebangsaan untuk mencegah terorisme dan radikalisme.
“Yang ditonton tadi adalah salah satu dari video pendek, yang diikutkan dalam seleksi tiga film terbaik yang akan dilombakan secara nasional pada november akan datang,” jelasnya.