Rokok di Palembang Berawal dari Daun Nipah

Khusus untuk wilayah Palembang, ada cerita tersendiri bagaimana leluhur menjadikan rokok sebagian dari kehidupan mereka

Penulis: Refli Permana | Editor: wartawansripo
dokumen
Pemerhati budaya dan seni Palembang, Kms Anwar Beck 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Merokok sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan oleh banyak umat di bumi ini. Meski sisi negatif banyak dari kebiasaan tersebut, namun mereka yang sudah terlanjur melakukannya sangat sulit untuk melepaskan kebiasaan merokok. Lantas, apa sih sejarah mengapa rokok bisa menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan oleh banyak masyarakat, terutama oleh kalangan pria?

Khusus untuk wilayah Palembang, ada cerita tersendiri bagaimana leluhur menjadikan rokok sebagian dari kehidupan mereka. Dikatakan pemerhati budaya dan seni Palembang, Kms Anwar Beck, aktifitas merokok memang sudah ada dari dulu dan sangat sulit untuk diketahui kapan tepatnya budaya ini mulai beredar di kalangan masyarakat luas. Namun, khusus untuk wilayah Palembang, ada cerita tersendiri mengapa merokok bisa bertahan sampai sekarang. Aktfitas merokok di Palembang dulunya dimulai dengan sejumlah masyarakat yang menghisap daun nipah. Rokok ini terkenal dengan nama rokok pucuk. Belum tahu apa itu daun nipah? Daun nipah, ketika masih berada di pohonnya, memiliki bentuk fisik seperti daun pinang. Ini wajar karena tanaman ini masih kelompok dari pohon pinang. Daun nipah yang sering digunakan untuk merokok adalah daun yang sudah tua dan sudah dikeringkan terlebih dahulu. "Daun itu lalu digulung (istilah oleh para perokok disebut dilinting) dan diisi dengan tembakau. Mulai dari yang muda hingga yang tua dulunya menggunakan daun nipah," kata pria bersapaan Yai Beck ini, Sabtu (27/8/2016).

Yai melanjutkan, masyarakat yang sudah mencoba aktifitas ini biasanya melakukan ketika mereka sudah selesai makan. Konon katanya, salah satu yang membuat mereka sulit meninggalkannya karena asyik dengan aktifitas menggulung daun nipah dan mengisinya dengan tembakau. Jadi, alasan kecanduan karena kandungan tembakau belum berlaku pada saat itu. Lama kelamaan, masih dikatakan Yai, tradisi menghisap daun nipah berisikan tembakau yang sudah dibakar menyebar di masyarakat luas. Hal ini pun dijadikan ladang bisnis bagi sejumlah masyarakat untuk menjual daun nipah siap pakai lengkap dengan tembakaunya. Jadi, bagi masyarakat yang akan menggunakannya cukup membeli tanpa harus mencari daun nipah ke hutan atau kebun. Proses pengeringan dengan penjemuran pun tidak perlu lagi dilakukan, cukup menggulung daun nipah dan mengisinya dengan tembakau.

Sejak saat itu pula, lanjut Yai, bertebaran produsen daun nipah kering di Palembang. Adapun lokasi byang banyak terdapat produsen daun nipah untuk merokok ada di kawasan Seberang Ulu, dimana beberapa di antaranya masih bertahan sampai sekarang.
Dengan jaman yang kian modern, Yai mengatakan, merokok menggunakan daun nipah secara perlahan mulai berkurang. Hal ini dikarenakan adanya rokok modern yang menggunakan kertas yang diproduksi di Pulau Jawa. Begitu tiba di Palembang, daun nipah mulai tidak digunakan. Bagi mereka yang merokok, rokok modern lebih nikmat ketimbang daun nipah dan timbullah sugesti rokok modern lebih gaul ketimbang rokok daun nipah yang membuat kalangan pemuda hingga orang tua tidak lagi merokok menggunakan daun nipah.
"Meski demikian, sampai sekarang, pembuat daun nipah masih ada di Palembang. Yang mengkonsumsinya juga masih ada, meski sudah jaih berkurang. Adapun yang masih mengkonsumsinya mereka yang sudah begitu lanjut usia yang dari awal memang merokok menggunakan daun nipah," tutup Yai.(Editor: Welly Hadinata)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved