Tak Sekadar Selfie, Ini Rahasia Al Quran Raksasa Gandus, Bikin Jiwa Lebih Tenang
"Lebih tenang, menyejukkan jiwa, dan betah berlama-lama di sini. Inilah karya terbaik anak Palembang dan Sumsel,"
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Hendra Kusuma
Selanjutnya, pilihan ada pada Anda, mau menggunakan taksi atau menumpang alat transportasi umum kebanggaan wong Palembang, yakni Trans Musi. Kalau menggunakan taksi, mungkin Anda perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 150 ribu sebagai ongkos dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Tapi kalau menggunakan Trans Musi cukup membayar Rp 5.500. Caranya, di bandara naik Trans Musi Koridor 7 via Soekarno Hatta. Selanjutnya turun di Halte Jambatan Musi II. Nah, dari sini perjalanan dilanjutkan dengan menumpang angkot jurusan Gandus tempat museum berada.
Jika menggunakan sepeda motor, bisa dari Musi II Alamsyah Ratu Prawira Negara, masuk ke Jl Gandus dan berbelok ke Jl perumamahan Al Bario atau Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Begitu tiba di museum Alquran Raksasa, pengunjung hanya cukup membayar Rp 5 ribu per orang untuk masuk.
Di sana ada petugas yang siap mendampingi Anda jika diperlukan. Maka anda tidak hanya melihat kepingan Alquran yang disusun pada bangunan bertingkat, juga akan mendapatkan penjelasan seputar Alquran tersebut.
Al Quran Raksasa hasil karya seni dan pemikiran dari wong Sumsel Sofwatillah Mohzaib. Dia memang terkenal religi dan memiliki kepedulian tinggi akan kaligrafi. Bahkan, wakil rakyat di DPR RI ini menjadi salah satu tokoh yang memiliki perhatian besar terhadap Masjid Agung Palembang.
Suatu hari, Opat sapaan akrabnya, baru saja terlelap tidur setelah selesai mengukir kaligrafi ornamen bagian pintu Masjid Agung Palembang. Dalam tidurnya ia bermimpi. Mimpi tersebut mengisyaratkan dirinya untuk membuat alquran terbesar di dunia.
Dengan berbagai pertimbangan, disertai niat dan tekat yang bulat, ia pun mewujudkan mimpinya itu dengan mengawalinya dari surat Alfatiha.
Lalu kemudian satu keping potongan Alquraan tersebut dipamerkannya di masjid tersebut, dengan harapan ada donatur yang bersedia untuk mendukung niatnya. Gagasan pembuatan Alquran itu tercetus pada tahun 2002 silam, setelah Opat merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Palembang.
Kemudian inspirasi membuat mushaf Alquran dengan ornamen khas Palembang. Satu keping mushaf Alquraan surat Alfatiha ditunjukkan kepada salah seorang toko masyarakat Palembang Marzkui Ali yang pernah menjadi Ketua DPR RI.
Tentu saja dengan harapan Marzuki Ali mengajak dermawan dan relasinya mensuport pembuatan alquran tersebut. Tepat pada 1 Muharram 1423 atau 15 Maret 2002 Alquran tersebut dipamerkan di bazar pada peringatan Tahun Baru Islam. Namun resmi diluncurkan pada 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang.
Proses pembuatannya dilakukan di kediaman Opat, yakni di Jalan Pangeran Sido Ing Lautan, Lorong Budiman, No 1.009, Kelurahaan 35 Ilir, Palembang. Kenapa kayu tembesu? Karena kayu jenis ini banyak ditemukan di kawasan Sumsel. Selain itu kayu jenis ini kuat.
Namun pembuatan Alquran Raksasa ini bukan tanpa kendala. Beberapa kali mengalami perbaikan, setelah dikoreksi di beberapa bagian oleh para ahli. Target awal penyelesaiannya yang ditargetkan empat tahun, molor hingga tujuh tahun. Karena terkendala dana dan bahan baku tembesu.
Apalagi harga tembesu sempat meroket, dari sekitar Rp2 juta per kubik berlahan naik Rp 7 juta bahkan Rp 10 juta. Tetapi berkat bantuan dari para donatur dan perjuangan tanpa kenal lelah. Pembuatan Alquran yang melibatkan 35 orang. Lima orang bertugas sebagai pengukir, selebihnya sebagai pemotong dan sebagainya ini rampung.
