Jika Ditemukan Titik Api Langsung Water Boombing
Ia mengatakan melakukan waterboombing melalui udara apabila diperlukan dengan titik api yang sulit dijangkau oleh jalur darat.
"Kita juga telah ada kelompok masyarakat peduli api disetiap daerah dan ini kita gerakkan untuk membantu agar tak ada kebakaran hutan lagi seperti tahun kemarin minimal dapat menekan titik api," tegas dia.
Tahun lalu, di bulan Mei titik api sudah mulai banyak terpantau namun tahun ini walaupun masih sedikit namun pihaknya langsung berupaya untuk memadamkannya.
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Selatan, Sigit Wibowo mengatakan, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, di Sumsel tercatat sekiyat 736.000 hektar lahan dan hutan yang terbakar. Sebanyak 70 persen ada diatas lahan gambut dan 30 persen berada diatas lahan konsensi.
"Yang menjadi masalah saat ini yakni sisa yang terbakar tahun lalu seperti ranting, pohon yang tumbang dan sebagainya itu masih ada di lokasi yang sama. Sehingga jika masuk musim kemarau, akan sangat mudah terbakar dan menjadi kebakaran hutan dan lahan," tegas dia.
Untuk memantau adanya hotspot di Sumsel, saat ini digunakan beberapa satelit pendeteksi. Yang semula hanya NOAA+, Modis/Terra Aqua, VIIRS, kini bertambah dengan satelit Lapan.“Ini arahan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Jadi saat ini kita gunakan satelit Lapan,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Metrologi, Agus Santosa mengatakan, saat ini potensi hujan masih terjadi di Sumsel dan intensitasnya tercatat masih tinggi di sebagian daerah. Seperti Pagaralam, Lahat, Empat Lawang, Musi Rawas dan Muara Enim. Sementara daerah lainnya sudah masuk intensitas hujan yang sedang.
“Diprediksi musim hujan masih terjadi hingga akhir Mei nanti. Dan musim hujan selanjutnya diprediksi sudah masuk September sampai November tahun ini. Kita harapkan agar musim kemarau tahun ini tidak panjang seperti tahun lalu,” kata dia. (rie/TS)