Kematian Hendri Karena Digigit Ular Mencurigakan

Eko dan Herli mengaku korban digigit ular, tetap dokter mengatakan, saat masuk ke rumah sakit HM Rabain, mulut korban berbusa dan kejang-kejang.

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Tarso
ISTIMEWA
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM, MUARAENIM---Tragis sekali nasib Hendri Sugiarto (25) warga Desa Kepur, Kecamatan Muaraenim. Pergi kondisi sehat, ketika pulang ke rumah sudah menjadi mayat, Sabtu (12/12) sekitar pukul 02.00.

Dari informasi yang berhasil dihimpun di lapangan, Senin (14/12/2015), kejadian tersebut berawal pada hari Jumat (11/12) sekitar pukul 22.00, korban dijemput di rumah oleh temannya yakni Eko (26) warga Desa Talang Ubi, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI dan Herli (25) warga Desa Kepur, Kecamatan Muaraenim, dengan alasan untuk mencari ikan.

Kemudian, sekitar pukul 01.00, Sabtu (12/12), tiba-tiba korban diantar kerumah sakit umum Muaraenim oleh kedua temannya yakni Eko dan Herli karena mengeluh sakit perut. Bahkan kedua saksi mengatakan kepada petugas medis rumah sakit, bahwa korban digigit ular. Setelah mengantar korban ke Rumah Sakit, Eko pulang ke desa untuk memberitahu kepada kakak korban bernama Aljum di Desa Kepur, dengan mengatakan jika Hendir sedang dirawat di Rumah Sakit karena digigit ular.

Mendengar hal tersebut, keluarga korban langsung membesuk ke rumah sakit. Namun sekitar pukul 02.00, nyawa korban tidak tertolong lagi dan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Muaraenim. Lalu sekitar pukul 03.00, keluarga korban langsung membawa mayat ke rumahnya di Desa Kepur, dan dimakamkan di pemakaman desa Kepur.

Sedangkan menurut keterangan dokter UGD Rumah Sakit Umum Muaraenim dr Rahmania, mengatakan bahwa di tubuh korban tidak ditemukan bekas gigitan ular, dan pada saat korban masuk UGD kondisi korban mulut berbusa dan kejang-kejang.

Kapolres Muaraenim AKBP Nuryanto melalui Kabagops Kompol Andi Kumara didampingi Kasubag Humas Iptu Arsyad Agus,mengaku  pihaknya sudah mendatangi rumah duka, berkoordinasi dengan petugas rumah sakit, mendokumentasikan mayat dan mencatat saksi-saksi.

Namun pihak keluarga tidak bersedia korban dilakukan tindakan otopsi dan menerima kematian korban sebagai takdir. Sedangkan kedua saksi yakni Eko dan Herli, yang mengantar korban ke RSUD dr HM Rabain Muaraenim, hingga sampai saat ini belum menjelaskan dengan keluarga korban apa penyebab kematian korban, dan kedua korban tidak bisa dihubungi serta selalu menghindar.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved