Air Bersih Tersendat, Warga Tiga Desa di Empatlawang Krisis Air Bersih

Warga sangat mengeluhkan kondisi ini, apalagi sudah lama air bersih tidak lagi dapat dimanfaatkan masyarakat.

Editor: Soegeng Haryadi

SRIPOKU.COM, TEBINGTINGGI -- Pengaliran air bersih di tiga desa, yakni Desa Terusanbaru, Terusanlama dan Seguringkecil, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Empatlawang kembali tersendat. Akibatnya, warga di tiga desa ini krisis air bersih.

Menurut sejumlah warga, Rabu (11/6/2014), warga sangat mengeluhkan kondisi ini, apalagi sudah lama air bersih tidak lagi dapat dimanfaatkan masyarakat. Setidaknya lebih kurang 20 hari air tidak lagi mengalir ke bak penampungan yang ada. Pasalnya, pasca perbaikan pipa saluran utama yang putus, hanya beberapa hari saja air bersih mengalir dengan normal.

Warga juga menyesalkan seringkalinya terjadi kerusakan pada fasilitas negara yang dibangun dengan dana aspirasi sekitar Rp 1,4 miliar itu. Karena, sarana yang diperuntukan untuk umum ini belum begitu memberikan manfaat bagi masyarakat setelah selesai dibangun.

"Sudah 20-an hari air tidak lagi mengalir, mungkin masih ada kerusakan pada pipa saluran utamanya. Sehingga masyarakat harus kembali memanfaatkan air sungai atau lainnya, seperti selama ini," ungkap Alex, warga Desa Terusanbaru.

Dikatakannya, kerusakan ini mesti segera diperbaiki, setidaknya oleh kontraktor. Pasalnya, bangunan berikut salurannya masih masa pemeliharaan. Selama ini, bila ada kerusakan, seperti bak penampungan yang jebol atau ambruk langsung diperbaiki. Namun, kali ini sepertinya belum ada tanda upaya perbaikannya.

"Pihak kontraktor harus mengetahui kerusakan ini agar cepat melakukan perbaikan. Pemerintah juga jangan tutup mata, agar cepat mengambil tindakan untuk upaya perbaikannya," ungkapnya.

Idris, warga lainnya menambahkan, pengerjaan pembangunan dari 18 bak penampungan yang ada hanya beberapa unit saja yang bagus, namun kebanyakan hasilnya tidak memuaskan. Buktinya, baru selesai dikerjakan banyak bak penampungan yang sudah jebol, meskipun pada akhirnya diperbaiki kembali. Hal ini menunjukkan, kualitas bangunan tidak bagus.

"Akibatnya, masyarakat menjadi korban, terpaksa harus memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk dikonsumsi. Ya, boleh dikatakan cuma yang dekat rumah saya bak yang bagus, selebihnya sudah pernah mengalami kerusakan," imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved