Warga Lais Masih Manfaatkan WC Cemplung
Program Pemerintah Kabupaten Muba yang mencanangkan pembuatan sanitasi untuk masyarakat sepertinya perlu segera untuk dilakukan.
Penulis: Candra Okta Della | Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM, SEKAYU -- WC cemplung atau dikenal oleh masyarakat Musi Banyuasin (Muba) dengan istilah jamban, saat ini masih banyak terdapat di pingiran bantaran Sungai Musi, Sungai Batang Hari Leko dan Sungai Dawas. WC cemplung yang merupakan salah satu indikator rumah tidak sehat dari segi Mandi Cuci Kakus (MCK).
Seperti di Desa Petaling Kecamatan Lais, WC cemplung masih banyak dijumpai di pingiran sungai. Bahkan ratusan Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Lais yang masih memanfaatkan WC cemplung sebagai sarana membuang hajat, mencemari aliran.
Pantauan Sripoku.com di lapangan, keberadaan WC cemplung tersebut cukup memprihatinkan. Dilihat dari segi kesehatan, ternyata masyarakat sekitar sungai selalu memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari, baik untuk mandi, cuci dan bahkan ada beberapa masyarakat masih menggunakan air sungai untuk minum dam memasak. Keadaan yang seperti itu rentan sekali terserang penyakit.
Program Pemerintah Kabupaten Muba yang mencanangkan pembuatan sanitasi untuk masyarakat sepertinya perlu segera untuk dilakukan, mengingat kebutuhan masyarkat yang begitu mendesak.
“Kami disini memang dari dulu mengunakan jamban untuk membuang hajat karena cukup praktis," ungkap Bayu (38) warga Petaling saat ditemui.
Bagi Bayu yang memang sudah terbiasa hidup memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari, sungai tak hanya dijadikan tempat untuk membuat hajat masyarakat tapi juga dijadikan tempat mandi dan mencuci. Tak heran jika warga di desa ini mengantungkan hidup dari aliran sungai.
"Mau buat WC dimana jika rumah berada di dekat sungai. Apalagi desa kami rawan banjir sehingga air bisa naik ke badan jalan, jadi untuk membangun WC tentu saja sangat sulit dilakukan bagi warga yang tinggal ditepi sungai," katanya.
Sementara itu, Burhan warga yang sama mengatakan, air sungai selain untuk mandi, mencuci dan membuang hajat juga sebagai tempat warga mengantungkan hidup sebagai nelayan. Bahkan tidak sedikit dari warga Petaling memanfaatkan air sungai sebagai lokasi keramba ikan. Tak heran jika sebelumnya Petaling sebagai desa penghasil ikan di Kecamatan Lais.
"Sungai merupakan sumber hidup warga, disinilah kemi bisa membuka keramba ikan untuk kemudian dijual ke pasar-pasar. Jadi untuk masalah sungai dijadikan tempat membuang hajat tidak begitu kami pusingkan yang penting selagi tidak menularkan penyakit," ujar Burhan.
Kepala Desa Petaling, Edi Sapari mengungkapkan, hanya sebagian saja warga desa yang rumahnya dipingiran sungai. Memang diakuinya tidak sedikit dari warga masih mengunakan jamban atau wc cemplung untuk membuang hajat. Untuk itulah kedepan dirinya akan meminta kepada pemerintah untuk segera membangun WC umum agar warga desa yang selama ini memanfaatkan WC cemplung dapat berkurang.
“Kedepan akan kita upayakan agar masyarakat menggunakan jamban dapat berkurang. Untuk itu akan kita ajukan pembangunan WC umum," kata Edi.