Resensi Buku
Memoar Gus Dur dalam Komik
Gus Dur kecil punya kelebihan yang khusus; daya ingat yang kuat dan yang disebut dalam dunia santri sebagai ilmu ladunií
SOSOK Gus Dur amatlah kontroversional. Betapa dalam rekam kehidupannya (1940-2009) selalu diwarnai dengan lika-liku kreatif dan gebrakan inovatif. Dan, laku inilah yang menjadikan dirinya sebagai asset “kesayangan” semua insan-meski sarat akan pro-kontra. Hingga, tak heran saat berita kabung akan dirinya datang, jutaan nurani yang mengenalnya turut berbelasungkawa dan sedih.
Tiap tahun, hari kepulangannya dikenang lewat serangkaian acara dan lomba, monumental dan seremonial. Namun, kesedihan mengenang kepergian Gus Dur akan sirna tatkala membaca komik memoar bertajuk Gus Dur van Jombang ini.
Secara kronologis digambarkan, bapak pluralisme Indonesia itu terlahir di Denanyar Jombang Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940. Dari rahim wanita santun bernama Solichah Munawaroh dan ayahnya Wahid Hasyim, keduanya adalah putra pendiri NU; KH Hasyim Asy’ari dan KH Bisri Syansuri. Praktis, secara pertalian darah, Gus Dur adalah “buah tulen” NU.
Gus Dur kecil tumbuh sebagai anak yang usil dan nakal, namun memiliki otak cemerlang. Tak pelak, bila dalam seluruh lanskap NU, dirinya selalu dielu dan diagungkan bak waliyullah—sesuai ritus spiritual dan kesufian yang dijalaninya (hlm.2-9).
Diceritakan, bahwa Gus Dur kecil punya kelebihan yang khusus; daya ingat yang kuat dan yang disebut dalam dunia santri sebagai ilmu ladunií-ilmu pencerahan lahir dan batin secara spiritual. Hingga, dirinya dulu melewati masa pendidikan formalnya dengan abai dan masa bodoh. sebab, Gus Dur memang sudah menguasai “diluar kepala” pelajaran itu (hlm. 37).
Wajar, bila harinya kala itu banyak diisi dengan membaca pelbagai macam buku dan menonton film di bioskop. Mungkin, dari sini lah, pikiran imajiner luas dan nalar proyektif “neo wali” khas Gus Dur terbentuk.
Sifat inilah yang terus dibawanya menapaki singgasana kepresidenan. Gus Dur memang kita kenal sebagai seorang tokoh Indonesia yang nyeleneh, yang asal ngomong.
Kadang–kadang pernyataannya lucu, kadang membingungkan, dan lebih sering tajam dan kasar. Tetapi memang begitulah Gus Dur, seorang yang apa adanya.
Jika A maka dia akan ngomong A, jika B maka dia akan bilang B. Keterbukaannya inilah yang menjadi kekuatan sekaligus kelemahannya ketika dia menjabat sebagai presiden. Namun sayangnya, lebih sering menjadi senjata makan tuan yang digunakan oleh lawan-lawan politiknya untuk menjatuhkan kedudukannya sebagai pemimpin negara. Gus Dur dicekal karena kasus Buloggate, Bruneigate, dan Dekrit masyghul terakhir, yang meniscayakan prosedur dan formalitas kenegaraan (hlm.78).
Komik ini hadir sebagai potret yang merekam jejak kehidupan Gus Dur dari buaian Ibu hingga liang lahat. Komik ini adalah buah karya ‘duet maut’, tersaji dari coretan gambar kartunis dan komikus Edi Jatmiko, disertai ulasan jelas, luwes, dan menarik gagasan Heru Prasetia.
Ikhtiar keduanya, tak pelak lagi, mengkultuskan dan mengabadikan Gus Dur sebagai panutan kharismatik yang mengundang gelak tawa.
Sesuai endorsment yang dilansir dari Time Magazine Gus Dur adalah sosok pemimpin yang akan dirindukan dunia.
Itu terbukti, selama hidup, sampai di hari senjanya, walau dengan kondisi fisik yang kurang memadai, dirinya selalu konsisten dan kritis ihwal kebijakan yang dinilai mencederai HAM. Dengan suara lantang, Gus Dur memperjuangkan suara perdamaian dan semangat pluralisme dan multikulturalisme.
Gus Dur sebagai presiden reformasi, berandil melepaskan kaum Tionghoa dari jeruji kungkungan dan stigma miring, menjadi bagian bangsa seutuhnya. Tak heran bila etnis Tionghoa menjulukinya sebagai Bapak Tionghoa Indonesia (hlm.91).
Sebagai guru bangsa, wacananya memang luas bagai lazuardi yang merakyat—bukan semata, tapi benar terjun membela rakyat. Buku ini seamsal berjubel buku yang menggambarkan sosok Gus Dur, sepeninggal beliau 30 Desember 2009 silam. Namun, bedanya buku ini adalah komik jenaka yang bisa mengilhamkan spirit bagi semua kalangan yang ingin meneladani jejak kehidupan Gus Dur yang tersaji dan terelaborasi secara padu dan apik.