Tidak Ada Penambahan Koleksi Hingga Jalan Rusak, Itulah Permasalahan yang Dihadapi Museum Sriwijaya

Tidak Ada Penambahan Koleksi Hingga Jalan Rusak, Itulah Permasalahan yang Dihadapi Museum Sriwijaya

Editor: Sudarwan
Foto Kiriman: H Untung Sarwono
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), UPTD Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya dan Museum Sriwijaya menggelar Diskusi Terpumpun Prasasti–Prasasti Sriwijaya Koleksi Museum Sriwijaya Menggali Warisan Sejarah dan Budaya Sumatera Selatan Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pariwisata, Kamis (4/7/2019), di Aula Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya, Gandus, Palembang . 

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), UPTD Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya dan Museum Sriwijaya menggelar Diskusi Terpumpun Prasasti–Prasasti Sriwijaya Koleksi Museum Sriwijaya” Menggali Warisan Sejarah dan Budaya Sumatera Selatan Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Pariwisata, Kamis (4/7/2019), di Aula  Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya, Gandus, Palembang .

Sejarawan Sumsel, Kemas Ari Panji melihat infastruktur ke Museum Sriwijaya ini terutama jalan menuju ke museum tersebut banyak berlubang dan hingga kini tidak pernah diperbaiki.

“Naik motor saja nak begelimpangan ke kanan ke kiri. Apalagi mobil, ngantri lamo menghindari lobang. Ini menjadi salah satu saran supaya orang banyak berkunjung ke sini salah satunya perbaikan infrastruktur bukan hanya gedung,” katanya sembari mengatakan, sempat membawa tamu ke Museum Sriwijaya dan mengeluhkan jalan yang banyak rusak .

Kemas Panji yakin akan banyak temuan-temuan Kerajaan Sriwijaya, namun kelemahan di koleksi museum Sriwijaya masalah koleksi yang penambahan koleksi terganjal biaya.

“Sebenarnya temuan-temuan di Sungai Musi itu banyak kalau mau kita selamatkan. Tapi karena tidak ada anggaran akhirnya terabaikan dan masuk ke dunia black market diperjualbelikan orang, dan ini menjadi kelemahan kita juga,” katanya.

Selain itu dia menilai kalau diskusi ini kedepan harus diskusi lanjutan .

“Tulisan kita hari ini bisa menjadi hasil dari kajian , minimal buat satu tulisan baru , karena banyak masukan dari guru, akademisi dan lain-lain dan bisa melakukan kajian lanjutan, “ katanya.

Dan hasil rumusan diskusi ini menurutnya kedepan bisa dalam berbentuk buku dan sebagainya lalu penambahan koleksi Museum Sriwijaya dan sebagainya.

Arkeolog dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Retno Purwati melihat Sriwijaya mengajarkan nilai toleransi, gotong royong dan kemanusiaan.

“Bagaimana mengimplementasikan prasasti ini ke nilai kekinian ternyata bagi saya sendiri."

"Apa yang dicapai bangsa kita sekarang, belum mampu melampaui yang dicapai nenek moyang kita?".

"Ini dalam persepsi saya. Buktinya dengan perahu dulu orang bisa kemana-mana dan kapalnya buat sendiri kita. Nah kita sudah buat belum sekarang ".

"Apakah kita pernah mempengaruhi negara kita dengan budaya kita? Ini perlu kita gali ke sana."

"Dan satu hal, nilai zaman dulu yang sekarang agak sulit. Dulu kalau kita menerima budaya asing tidak kita telan mentah mentah."

"Mau Hindu, mau Budha , mau Islam. Kita bisa menolak budaya lain dengan cara kita sendiri dan menciptakan budaya baru yang itu tidak bisa di samakan persis dengan budaya asalnya. Itu yang bisa kita ambil dari koleksi-koleksi Museum Sriwijaya,” katanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved