Wacana Fatwa Haram Game PUBG Tengah Dikaji, Ini Kata Pakar Psikologi Forensik & MUI Palembang
Fatwa haram untuk game online PUBG itu dimaksudkan boleh jadi untuk menghindari kekhawatiran adanya aktor-aktor pemula yang menjadi inspirasi pelaku
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: pairat
SRIPOKU.COM - Beberapa waktu lalu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) se Indonesia tengah mengkaji dampak negatif dark game online "PlayerUnknown's Battlegrounds" (PUBG) yang diduga menjadi inspirasi teroris melakukan aksi penembakan di Masjid Selandia Baru beberapa waktu lalu.
Fatwa haram untuk game online PUBG itu dimaksudkan boleh jadi untuk menghindari kekhawatiran adanya aktor-aktor pemula yang menjadi inspirasi pelaku teror di Indonesia.
Sontak hal tersebut pun mendapat banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat, apalagi di kalangan kaum pria.
Dilansir oleh Wartakota, menanggapi hal ini Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel menjelaskan bahwa dalam psikologi memang ada Teori Belajar Sosial.
Maksudnya, seseorang dapat memunculkan atau mengubah perilaku berdasarkan apa yang dia lihat dan saksikan.
Tapi realitasnya, tidak serta-merta atau tidak semua orang yang menonton aksi teror di Selandia Baru yang oleh pelaku ditayangkan live di media sosial, melakukan perbuatan serupa.
"Itu artinya, ada faktor individual yang menjadi penentu apakah stimulasi dari game atau TV akan diduplikasi atau tidak," kata Reza kepada Warta Kota, Jumat (22/3/2019).
Salah satu faktor itu katanya adalah suggestibility. "Yakni kerentanan seseorang untuk menerima sugesti atau pengaruh," ujar Reza.
• Jadi Pengantin Baru, Lihat Kelakuan Syahrini di Dalam Mobil, Reino Barack Malah Disebut Gak Peka?
• Penting! Cara Daftar Ulang SNMPTN 2019 dan Aturan Baru Sistem Kunci SBMPTN 2019
• Pantes Irfan Sebastian Marah Besar, Ternyata Begini Kelakuan Elly Sugigi di Belakang, Dibuat Kecewa!
Ia menjelaskan bahwa secara klasik ada tiga kelompok manusia yang secara umum kerap dianggap punya suggestibility atau rentan saat menerima sugesti atau pengaruh.
"Yaitu orang dengan kecerdasan atau pendidikan rendah, anak-anak, dan perempuan," paparnya.
Dalam kasus game online PUBG, kata Reza, stimulus tidak hanya berupa objek yang ditonton. Tapi juga objek yang berinteraksi dengan pemirsa.
"Karena stimulasi berlangsung multi inderawi, maka masuk akal kalau ada kekhawatiran bahwa peniruan semakin potensial," kata Reza.
Faktor lainnya tambah Reza tendensi kekerasan yang sudah ada pada diri individu.
"Ketika tendensi itu ada, maka terstimulasi sedikit saja bisa akan melipatgandakan kemungkinan munculnya perilaku kekerasan oleh yang bersangkutan," kata Reza.
• Dibalik Makna Seragam Pramugari Maskapai Indonesia, No 4 Ada Campur Tangan Miss Indonesia Pertama
• KPU Sumsel Bawa Daftar Pemilih Tetap Berpindah ke Tingkat Nasional
• 12 Karakter Suami Berdasarkan Zodiak, Cek Tipe Suami yang Paling Pemarah hingga Paling Penyayang
Tanggapan MUI Palembang
Ketua MUI Palembang, Saim Marhadan mengatakan pihaknya akan berkordinasi dengan MUI Sumsel untuk mengkaji dampak game online PUBG.
Apabila setelah dikaji benar game tersebut menjadi inspirasi aksi terorisme, pihaknya tidak akan sungkan meminta pihak terkait menutup konten game online tersebut.
"Ya kita koordinasi dulu dengan provinsi dan mengundang MUI se Sumsel untuk mengkajinya apakah benar inspirasi sang teroris dari game ini," ungkapnya, Rabu (20/3/2019).
