Tak Bayar SPP Siswi SD Dihukum 'Push Up'

Berbagai duka dan kekerasan masih saja mewarnai dunia pendidikan di Indonesia dan kali terjadi justru di salah satu SDIT.

Editor: Salman Rasyidin
SRIPOKU.COM/ANTONI AGUSTINO
Stop kekerasan terhadap anak. 

Tak Bayar SPP Siswi SD Dihukum 'Push Up'

SRIPOKU.COM --Berbagai duka dan kekerasan masigh saja mewarnai dunia pendidikan di Indonesia dan kali terjadi justru di salah satu SDIT.

Sebagaimana diwartakan Intisari-Online.com yang disadur dari Kompas.com, sebelumnya, seorang siswi SDIT Bina Mujtama, GNS (10), mengaku dihukum push-up oleh pihak sekolah lantaran belum melunasi uang sumbangan pembinaan dan pendidikan (SPP).

Orangtua GNS sendiri mengaku tak punya biaya sehingga sampai saat ini belum bisa melunasi SPP.

"Yang nyuruh kepala sekolah. katanya belum dapat kartu ujian soalnya belum bayaran," ucap GNS dengan mata berkaca-kaca, seperti dilansir dari kompas.com.

Pihak sekolah, melalui kepala sekolah, Budi, mengakui bahwa dirinya memberikan hukuman push-up sebagai bentik shock therapy.

Proses belajar mengajar bagian dari penegakan disiplin
Proses belajar mengajar bagian dari penegakan disiplin (SRIPOKU.KOM)

Namun, dirinya menyangkal menjatuhi hukuman sebanyak 100 kali, melainkan hanya 10 kali.

“Oh enggak, jadi hanya syok terapi memang kita lakukan (suruh push-up) tapi tidak sampai sebanyak itu, hanya 10 kali (suruh push-up-nya),” ujar Budi, kepada kompas.com.

Lalu, pantaskah seorang anak diberi hukuman fisik? Lebih lanjut, benarkah hukuman fisik dapat membuat seorang anak lebih disiplin?

Untuk menemukan jawabannya, mari kita simak artikel kompas.com berjudul "Hukuman Fisik Bukan Cara Efektif Bikin Anak Disiplin" berikut ini.

Hukuman fisik untuk anak, apalagi memukul dianggap sebagai cara yang keliru untuk mendisiplinkan anak.

Meski begitu, masih ada sebagian orangtua yang menerapkannya karena berbagai alasan. Salah satu dalih yang dipakai adalah anak terlalu "nakal" dan sulit diatur.

Para dokter anak yang tergabung dalam American Academy of Paediatrics (AAP) kembali mengingatkan orangtua akan dampak negatif hukuman fisik dan hukuman verbal terhadap anak.

Hukuman berupa memukul bokong (spanking), memukul tubuh, menampar, mengancam, dan mempermalukan anak, bukan hanya tidak efektif tapi juga merusak mental.

"Strategi pendisiplinan yang bersifat menyerang, termasuk memukul dan berteriak pada anak, minimal efektif dalam jangka pendek dan tidak jangka panjang," tulis AAP dalam pernyataannya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved