Berita Palembang
Harga Duku Lima Ribu Biaya Kirim Rp25 Ribu, Asperindo Sumsel Kirim Surat ke Presiden
Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) sangat menyayangkan atas adanya kenaikan surat muatan udara (SMU)
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (ASPERINDO) sangat menyayangkan atas adanya kenaikan surat muatan udara (SMU) yang mulai berlaku Januari 2019.
Ketua DPW Asperindo Sumsel Muhammad Daud mengatakan, saat ini Asperindo sudah melayangkan protes pasca adanya kenaikan tarif SMU yang dinilai signifikan sampai 300 persen, bahkan dalam satu tahun bisa naik lima kali.
"Inilah yang menjadi pertanyaan kami, apakah ada dugaan kartel tarif kargo. Sebab, saat ini Sriwijaya dan Citilink di bawah Garuda. Tinggal dua pemain, yakni Garuda dan Lion maka bisa saja mereka berkoordinasi satu sama lain hingga ini terjadi," ujarnya, Senin (28/1/2019).
• Ratusan Warga Merapi Area Datangi DPRD Lahat, Ternyata Perubahan Nama Caleg Jadi Penyebabnya
• Kepergok Congkel Kotak Amal Masjid di Silaberanti, Pemuda Ini Nyaris Babak Belur Dihajar Warga
• Dua Bulan tak Gajian Pekerja Cinta Manis Datangi DPRD OI, Namun Ini Jawaban Pihak Perusahaan
Menurut Daud, kenaikan SMU memberikan multiflyer efect, tidak hanya bagi sektor usaha jasa kurir pengiriman namun semua sektor.
Apalagi, pengguna jasa kurir banyak berasal dari pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Pihaknya pun merasa kasihan, disaat UMKM bergeliat menerima pesanan produksi dan memasarkannya dengan sistem online, namun adanya kenaikan tarif pengiriman menjadi pukulan berat bagi mereka.
"UMKM ini kan ingin menjual produk mereka lebih luas makanya kebanyakan sistem jual online, otomatis dengan biaya kirim tinggi mereka bisa saja tidak produksi lagi kemudian berimbas pada jumlah pekerja dikurangi.
Terlebih kami, sebagai perusahaan yang bergerak di jasa kurir sudah jelas sangat merasakan dampaknya," jelasnya.
Perusahaan jasa pengiriman pun tidak mungkin, kata Daud, untuk terus mengikuti kenaikan tersebut. Hal ini akan menjadi pertanyaan dari konsumen sendiri.
• Wisata Sejarah ke Monpera Palembang, Tambah Pengetahuan dan Bisa Foto Sejajar dengan Jembatan Ampera
• Cerita Kapolsek Saat Patroli Bertemu Petani Jadi Guru Ngaji Sukarela, Lalu Hal Ini yang Dilakukannya
• Koko Gunawan Thamrin Berikan Reward Puluhan Karyawannya yang Berprestasi, Liburan ke Tiga Negara
"Kami harus jawab apa kalau tarif ini naik terus, sementara bagi orang awam mereka tidak tahu menahu,"'jelasnya.
Dijelaskannya, biasanya saat musim duku seperti saat ini pihaknya banyak melakukan pengiriman melalui udara ke sejumlah kota, tetapi karena adanya kenaikan tarif tersebut konsumen banyak yang berpikir ulang.
"Harga duku Rp 5 ribu tapi biaya kirim Rp 25 ribu, masa mahal ongkos kirim dibandingkan harga dukunya sendiri rugi dong. Sama saja seperti pempek, penurunan pengiriman juga sudah pasti," jelasnya.
Lanjut Daud, Asperindo sendiri telah melakukan langkah agar tarif SMU ini bisa ditekan mulai rapat pleno Aperindo, menulis surat ke Presiden dan para menteri dengan harapan pemerintah bisa turut andil dalam menyelesaikan kemelut kenaikan tarif SMU.
• Ombudsman Panggil Dishub Palembang, Diduga Maladministrasi Terkait Larangan Parkir Jalan Sudirman
• Aksi Penolakan Larangan Parkir di Jalan Jenderal Sudirman, Kembali Datangi Kantor Walikota Palembang
• Kiper Ini Komitmen Tetap Setia Menjaga Gawang Sriwijaya FC, Tenyata Ini Alasannya untuk Bertahan
"Sekarang faktanya biaya logistik cukup tinggi padahal sesuai nawacita Presiden menginginkan agar biaya logistik bisa serendah rendahnya," ujarnya
"Saat ini teman-teman pelaku jasa kurir berupaya melakukan pengiriman barang melalui darat untuk barang-barang yang tidak urgent,
sedangkan untuk makanan seperti pempek mau tidak mau kita masih via udara dan kami terpaksa menyesuaikan kenaikan tarif pengiriman sekitar 25-35 persen untuk mengimbagi kenaikan SMU," tutup Daud.