Omset Pengusaha Pempek di Palembang Merugi 80 Persen, Ternyata Dua Faktor Ini Penyebabnya
Pengusaha pempek di Kota Palembang mengaku tertekan dan merugi akibat kenaikan tarif bagasi pesawat yang dibarengi naiknya harga bahan baku
Penulis: Reigan Riangga | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Reigan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pengusaha pempek di Kota Palembang mengaku tertekan dan merugi akibat kenaikan tarif bagasi pesawat yang dibarengi naiknya harga bahan baku.
Salah satu pemilik usaha pempek Pak Raden, Nuhasanah mengatakan omset usahanya bahkan menurun hingga 80 persen, terutama kios penjualan di Bandara SMB II Palembang.
"Sangat terasa sekali pasca kenaikan bagasi maskapai sejak tanggal 22 Januari, kami terpaksa merugi karena omset menurun sampai 80 persen," ungkap Nurhasanah, Jumat (25/1/2019).
• Wisata Sejarah ke Monpera Palembang, Tambah Pengetahuan dan Bisa Foto Sejajar dengan Jembatan Ampera
• Cerita Kapolsek Saat Patroli Bertemu Petani Jadi Guru Ngaji Sukarela, Lalu Hal Ini yang Dilakukannya
• Pulang dari Jambi, Buruh Bangunan Ini Jadi Korban Penodongan di Bawah Jembatan Ampera
• Bupati OKU Timur : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menjadi Standar Kesejehateraan Masyarakat
Menurutnya, kondisi tersebut juga dirasakan hampir seluruh pengusaha pempek di Kota Palembang, banyak usaha pempek merugi bahkan terancam gulung tikar.
Dia menerangkan usahanya pun terpaksa mulai mengurangi produksi hingga 50 persen dari biasanya, sebelumnya pempek Pak Raden bisa memproduksi 200-300 kilogram pempek perhari, namun saat ini kurang dari 100 kilogram.
Padahal pada saat yang sama harga bahan baku pempek seperti sagu dan ikan juga tengah bergerak naik, kondisi tersebut membuat pengusaha pempek terhimpit.
• Promo Film Preman Pensiun di Sripoku, Tya Arifin Langsung Cari Cuko Pempek : Pagi-pagi Ngirup Cuko
• Methodist 2 Palembang Gelar Creative Expo, Siswa Unjuk Kreativitas Karya
• Kabar Rumah Sakit Umum Daerah Gandus
• Kembali Jadi Janda, Angel Lelga Akui Pernah Menikah 3 Kali, Sosok Suami Keduanya Akhirnya Terbongkar
"Ikan gabus saja sudah Rp 120.000 perkilogram, sagu juga naik walaupun bertahap, di satu sisi kami tidak bisa menaikkan harga, jadi sementara ini kami mencoba bertahan dengan agak mengatur ukuran pempeknya," ujar Nurhasanah.
Nurhasanah yang juga pembina Asosiasi Pengusaha Pempek berharap pemerintah Kota Palembang bisa membantu mencarikan solusi atau jalan keluar kondisi tersebut, karena secara tidak langsung jumlah pempek yang keluar Sumsel ikut berkurang.
"Walaupun di beri pempek gratis orang tetap tidak mau bawa, karena mereka melihatnya hitungan bagasi yang mahal itu, artinya pembeli pempek untuk oleh-oleh makin berkurang. Pelancong juga pasti kecewa karena tidak bisa bawa banyak pempek lagi," jelasnya.
===