Berita Palembang
Pertamina Sulap Minyak Sawit Jadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan, Hemat Impor Bahan Bakar Indonesia
PT Pertamina melakukan pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, sekaligus mendorong pengurangan impor minyak mentah.
Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Siti Olisa
Laporan wartawan Sripoku.com, Odi Aria Saputra
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- PT Pertamina melakukan pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, sekaligus mendorong pengurangan impor minyak mentah.
Salah satu inovasi yang diterapkan di Kilang Refinery Unit III Plaju sejak awal Desember, yakni pengelolaan CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah menjadi Green Gasoline (bahan bakar bensin ramah lingkungan) dan Green LPG dengan teknologi co-processing menggabungkan sumber bahan bakar alami dengan sumber bahan bakar fosil untuk diproses di dalam kilang sehingga menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan Jonan pemerintah mendorong penggunanaan energi atau bahan bakar yang lebih bersih, maka dari itu pertamina selaku Plat Merah mengambil inisiatif untuk mengolah energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
• Hotman Paris Mengaku Kenal Banyak Artis Top yang Bisa Dipakai. Ungkap Alasan Mereka Jadi Esek-esek
• Banyak Napi Belum Perekaman e-KTP, Disdukcapil Jemput Bola Turun ke Lapas Selama 3 Hari
• Meski Narkoba Disimpan Dalam Mulut, Pelanggan Tak Protes. Pasutri di OKU Kompak Jual Narkoba
"Pencampuran langsung CPO dengan bahan bakar fosil di kilang ini secara teknis lebih sempurna dengan proses kimia, sehingga menghasilkan bahan bakar bensin dengan kualitas lebih tinggi," ujar Jonan saat melakukan kunjungan kerja ke Pertamina RU III Palembang, Kamis (17/1/2019).
Jonan mengatakan, upaya tersebut juga untuk mengurangi impor bahan bakar dalam negeri. Sebab, impor bahan bakar di Indonesia sendiri dalam sehari mencapai sekitar 400 ribu barel. Jika minyak ramah lingkungan ini dikelola di dalam negeri tentu dapat lebih menghemat bahan bakar.
"Secara ekonomis ini juga mengurangi impor bahan bakar. Dengan terobosan ini juga pertamina bisa berubah menjadi pengelola energi fosil, menjadi energi terbarukan," jelas Jonan.
• Venue Panjat Tebing Tiga Jam Rp100 Ribu, Berikut Tarif Venue-venue di Kompleks JSC Palembang
• Meski Jalur Masuk UIN Raden Fatah Palembang Ada 5 jalur, Namun Kuota yang Diterima Dipangkas
• Menteri ESDM: Cadangan BBM Bisa Sampai 21 Hari, Tak Sebabkan Kelangkaan BBM Secara Nasional
Sementara Dirut Pertamina, Nicke Widyawati menambahkan implementasi pengolahan CPO secara co-processing di kilang telah memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan negara.
Inovasi anak bangsa ini telah diuji coba dan memberikan hasil yang membanggakan baik dari kualitas produk, hasil yang ramah lingkungan serta berpotensi mengurangi impor minyak mentah.
“Tingkat kandungan dalam negeri atau TKDN sangat tinggi, karena CPO yang diambil bersumber dari dalam negeri, transaksi yang dilakukan dengan rupiah sehingga mengurangi devisit anggaran negara," bebernya.
• Disnaker Kota Palembang Komitmen Kurangi Angka Kasus Perselisihan Antara Perusahaan dan Pekerja
• Ala Selebgram Rizky Amelia, 5 Referensi Model Kebaya Modern ini Cocok untuk Kondangan
• Tak Hanya Ganti Semua Lampu Jalan Dengan LED, PERA KP Bisa Pantau Hidup Tidaknya Lampu Lewat HP
Ia menjelaskan, proses pengolahan CPO dilakukan di fasilitas Residue Fluid Catalytic Cracking Unit (RFCCU) yang berada di kilang Pertamina Plaju, berkapasitas 20 MBSD (ribu barel stream per hari). Adapun CPO yang digunakan adalah jenis crude palm oil yang telah diolah dan dibersihkan getah serta baunya atau dikenal dengan nama RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil).
RBDPO tersebut kemudian dicampur dengan sumber bahan bakar fosil di kilang dan diolah dengan proses kimia sehingga menghasilkan bahan bakar bensin ramah lingkungan.
===