SFC Update

Dirut PT SOM: Dana Sponsor tak Bisa Tutupi Kebutuhan Sriwijaya FC

PT SOM hanya mendapatkan dana sponsor sekitar Rp18 miliar, sementara kebutuhan klub mencapai Rp30 miliar.

Penulis: RM. Resha A.U | Editor: Welly Hadinata
zoom-inlihat foto Dirut PT SOM: Dana Sponsor tak Bisa Tutupi Kebutuhan Sriwijaya FC
SRIPOKU.COM/DOKUMEN
Muddai Madang

Laporan Wartawan Sripoku.com, Resha

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM) Muddai Madang selaku manajemen klub Sriwijaya FC mengakui, bahwa dana yang diperoleh perusahaan dalam bentuk sponsor, selama ini tidak pernah mencukupi kebutuhan klub.

“Dana sponsor tidak pernah mencukupi kebutuhan klub. Ini sebenarnya fakta yang bertahun-tahun terjadi,” ujar Muddai Jumat (21/12/2018).

Muddai mengatakan, dirinya mencontohkan seperti yang terjadi pada musim ini.

PT SOM hanya mendapatkan dana sponsor sekitar Rp18 miliar, sementara kebutuhan klub mencapai Rp30 miliar.

Pendapatan sponsor senilai Rp18 miliar itu diperoleh dari berbagai sponsor. Seperti PT Bank Sumsel Babel, Smartfren, PT Semen Baturaja, PT Bukit Asam, PDPDE, Calci, Kuku Bima, dan Go-Jek.

Oleh karena itu, sejak turun tangan mengurus Sriwijaya FC pada Juni 2018 lantaran terjadi persoalan finansial, Muddai membuat skema perencanaan keuangan agar pengelolaan klub asal Sumsel ini nantinya bisa menguntungkan pada 2019.

PT SOM kemudian menjalin kerja sama dengan PT Digi Sport Asia yakni perusahaan profesional internasional yang bergerak di bidang jasa finansial teknologi (finteck), pemasaran, dan IT.

“Ini perusahaan jasa yang sengaja saya gandeng, untuk menggali potensi dana yang bisa kami dapatkan. Namun sayangnya, kami terdegradasi. Meski begitu Digi Asia tidak mundur, tapi tentunya ada sejumlah penyesuaian ke depan,” katanya.

Muddai mengatakan, jika melihat dari segi bisnis, pengelolaan klub profesional ini sangat menguntungkan. Asalkan, dikelola secara baik dan bisa menggali potensi sponsor.

Polemik Kepemilikan Saham PT SOM Dikhawatirkan Ganggu Persiapan Sriwijaya FC Hadapi Liga 2

Sudah Tak Sanggup Urusi Sriwijaya FC, Dirut PT SOM Berharap Diakuisisi BUMD Sumsel

PT SOM Persilahkan Siapapun yang Ingin Mengambil Alih Sriwijaya FC Dengan Syarat Ini

Hal ini karena pangsa pasar industri sepak bola yang sangat besar mengingat dapat memberikan Multiplier Effeck (efek pengganda).

“Persib, Persija dan Bali United itu bisa untung, artinya logikanya kenapa kita tidak ?. Itulah saya mengandeng Digi Asia Sport, untuk target 2019 harus untung,” ujarnya yang juga mantan Ketua KONI Sumsel ini.

Sebelumnya, Muddai menyatakan dirinya akan melepas seluruh saham mayoritas miliknya sebesar 88,0 demi menjaga eksistensi klub asal Sumsel itu berkompetisi di Tanah Air.

Ia mengharapkan sahamnya itu dibeli oleh BUMD di Sumsel sehingga klub ini benar-benar dimiliki masyarakat karena selama ini dimiliki kalangan perorangan saja.

“Mudah-mudahan ada pembelinya, syukur-syukur ada BUMD seperti yang disampaikan Gubernur. Jika tidak ada pembelinya, saya tidak bisa berjanji (Liga 2) karena saya sendiri sudah berat untuk membiayai kelangsungan Sriwijaya FC ini. Karena ini tidak murah, biaya sangat mahal,” urainya.

Sejak mulai turun langsung mengurus Sriwijaya FC pada Juni 2018, Muddai mengungkapkan harus menyelesaikan persoalan finansial berupa pembayaran gaji bulanan pemain dan ofisial tim sebesar Rp1,5 miliar dan biaya perjalanan laga away sebanyak dua kali setiap bulannya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved