Tak Disangka, Kejiwaan Manusia Bisa Dijelaskan Simpanse
Banyak yang mengaitkan kemungkinan manusia dan Simpanse ada persamaan dan bahkan menyebutkan manusia merupakan proses evolusi dari Simpanse.
Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
SRIPOKU.COM-- Cukup banyak teori yang selama ini mengkait-kaitkan ada kemungkinan manusia dan Simpanse ada persamaan.
Bahkan lebih ekstrem lagi ada teori menyebutkan manusia merupakan proses evolusi dari Simpanse.
Namun dikaitkan nuansa keagamaan --terutama Islam, teori-teori demikian tidak bisa dijadikan patokan sebagai landasan karena Allah sudah menjelaskan dalam Al Quran bahwa manusia merupakan keturunan Adam diciptakan dari tanah dan Hawa dari tulang rusuk Adam.
Meski demikian, patut juga dijadikan sebagai penambahan wawasan terkait adakah Manusia dan Simpanse punya kesamaan sesama makhluk Allah.
Simpanse adalah hewan yang memiliki kedekatan dengan manusia.

Namun, sebagai sebuah kajian keilmuan tentang adanya kemungkinan simpanse memiliki kepribadian yang sama seperti manusia sebenarnya tidak begitu populer hingga akhir tahun 1990-an.
Baru akhir-akhir ini saja, diketahui bahwa simpanse --sebagai hewan peliharaan, ternyata dapat menjadi pribadi yang menyenangkan, neurotik, empatik, bahkan psikopatik karena struktur otak mereka.
Temuan ini diharapkan dapat membantu kita memperoleh pemahaman lebih tentang sakit jiwaan pada manusia.
Penelitian mengenai kepribadian simpanse dan struktur otak mereka digagas oleh Georgia State University di Amerika Serikat.
Idenya adalah kepribadian simpanse berkembang tidak hanya karena faktor genetik dan saraf, tetapi juga dibentuk oleh faktor sosial dan budaya.
Hal ini membuat simpanse menjadi sampel yang tepat untuk melihat bagaimana biologi memengaruhi kepribadian.
Tim peneliti melakukan penelitian dengan melihat data pencitraan otak dan kepribadian pada 191 simpanse di penangkaran.
Secara spesifik, mereka berfokus pada bagaimana kepribadian dikaitkan dengan dua struktur otak, amigdala dan hipokampus.
Amigdala sendiri adalah bagian pada otak yang dalam pengolahan reaksi emosi, sedangkan hipokampus berperan dalam proses mengingat.
Hasilnya, peneliti menemukan tidak adanya korelasi antara kepribadian dan amigdala.