Berita Prabumulih
Konservasi Sungai Kelekar Prabumulih, Arti Karamunting bagi Syamsul
Kegiatan ini digagas Komunitas Pecinta Kelekar didukung oleh Institut Agroekologi Indonesia.
Penulis: Sutrisman | Editor: Siti Olisa
SRIPOKU.COM - Komunitas pencinta sungai di Prabumulih (Sumatera Selatan) menggagas penanaman buah karamunting.
Kegiatan penanaman pohon semak ini, sebagai upaya penyelamatan akan dilakukan di bantaran Sungai Kelekar.
"Mudah-mudan ini menjadi kabar baik," kata Syamsul Asinar Radjam, dari Institut Agroekologi Indonesia, melalui press release yang dikirim via mediasosial, Senin (2/6/2018).
Syamsul adalah lulusan Fakultas Pertanian memilih menjadi petani dan aktivis pemberdayaan petani, mendorong penghijauan sungai melintasi Kota Prabumulih ini dengan tanaman langka.
Baca: Aliansi Massa Kabupaten Lahat Geruduk Kantor Bawaslu Sumsel, Ini Tuntutannya
Tanaman yang berbuah sebesar jempol tangan orang dewasa layak dimakan dan pernah dijual di pasar-pasar tradisional.
Kegiatan ini digagas Komunitas Pecinta Kelekar didukung oleh Institut Agroekologi Indonesia.
Pada sore hari tanggal 1 Juli 2018, dilakukan penanaman tumbuhan setempat karamunting (Melastoma affine).
Dikatakan, tumbuhan memiliki keberagaman manfaat. Selain konservasi, tumbuhan berbunga eksotik sebagai tanaman hias, juga penghasil buah yang dapat dikonsumsi.
Baca: Cerita Rara Lida Mudik Lebaran ke Prabumulih Siapkan THR, Tapi Berujung Sedih, Kasihan!
Karamunting sudah mulai sulit dijumpai di Prabumulih.
Sungai Kelekar, berhulu dan membelah kota Prabumulih mulai berubah sejak era 1980-an setelah normalisasi pelurusan badan sungai.
Perubahan ekosistem sungai kelekar diikuti proyek normalisasi yang sebenarnya lebih tepat disebut “betonisasi”.
Menurut Syamsul Asinar Radjam, normalisasi sungai berbeda dengan pelurusan badan sungai atau perapian dan betonisasi bibir sungai.
Pelurusan akan membuat aliran sungai semakin cepat, akan meningkatkan sedimentasi dan sungai kehilangan air di wilayah ulu dan bedampak di wilayah ilir.
Laju aliran air yang cepat akan semakin cepat membawa lumpur dan mengakibatkan tingginya sedimentasi, yang akhirnya mengakibatkan pekerjaan tambahan untuk pengerukan berkala.
Baca: Atraksi Speedboat di Sungai Kelekar Indralaya Ogan Ilir Jadi Hiburan Warga
Pembetonan dinding sungai juga merusak lingkungan.