Pelaku Bom Bunuh Diri Sidoarjo dan Surabaya Satu Jaringan, Begini Cara Dita Mendoktrin Mereka
Para pelaku ini melakukan pertemuan setiap Minggu di rumah Dita di Rungkut, Surabaya.
SRIPOKU.COM, SURABAYA - Pelaku serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo merupakan satu jaringan.
Sebanyak 13 pelaku yang tewas memiliki satu guru, yaitu Dita Oeprianto (sebelumnya tertulis Dita Supriyanto, red.).
Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan para pelaku ini berguru ke Dita.
Para pelaku ini melakukan pertemuan setiap Minggu di rumah Dita di Rungkut, Surabaya.

“Mereka didoktrin pemahaman soal teror,” jelas Machfud kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (15/5/2018).
Machfud menuturkan mereka berkumpul rutin sejak lama.
Mereka melakukan dektrin, dan melihat film soal terorisme.
Tidak hanya para orang tua.
Anak-anaknya juga ikut menjalani doktrin dari Dita.

“Bahkan, anak-anak pelaku dilarang sekolah.”
“Kalau disebut home scoling, itu tidak benar.”
“Anak-anaknya memang tidak boleh sekolah.”
“Anak-anak itu terus didoktrin, ditontonkan video pemahaman,” ucap Machfud.
Orang nomor satu di Polda Jatim ini mengatakan ada satu anak dari pelaku Sidoarjo (Anton) yang tidak mau ikut doktrin.

Anak itu memilih ikut neneknya, dan memutuskan sekolah.
Machfud menerangkan para pelaku kompak melakukan serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo karena ingin masuk surga.
“Mereka (pelaku) ingin masuk surga bareng-bareng,” terang Machfud.
Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul :
Begini Cara Teroris ‘Cuci Otak’ Pengikut, Mulai Doktrin sampai Tonton Film Soal Terorisme