Komunitas Guru Sejarah Perjuangkan Sejarah Lokal Masuk Kurikulum Pembelajaran

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kota Palembang sudah beberapa tahun ini terbentuk.

Penulis: Yandi Triansyah | Editor: Yandi Triansyah
Sripoku. com /Yandi Triansyah
Lawatan sejarah 

Laporan Wartawan Sriwijaya Post Yandi Triansyah 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Kota Palembang sudah beberapa tahun ini terbentuk.

Atas keprihatinan terhadap nilai nilai sejarah, baik nasional maupun daerah. Supaya bisa terjaga dan terawat baik, hingga turun temurun sampai kegenerasi muda.

Komunitas Guru Sejarah Palembang ini sudah berbagai kegiatan dilaksanakan, mulai dari lawatan sejarah ke situs situs bersejarah. Untuk mencari bahan pembelajaran, untuk menanamkan sejarah bagi anak didik.

Ketua MGMP Sejarah Kota Palembang, Suherman mengatakan, dirinya menjabat sebagai ketua komunitas guru sejarah sejak 2017 tahun lalu, menggantikan seniornya Ibu Mery guru Sejarah SMA Negeri 10 Palembang.

"MGMP sejarah ini dibentuk supaya mempunyai peran dalam menyongsong pendidikan di kota Palembang khususnya di Sumatera Selatan, "katanya, Minggu  (18/3/2018) saat dihubungi.

Suherman, mengatakan, Komunitas guru sejarah juga pernah melakukan lawatan sejarah ke taman makan pahlawan di sana melihat banyak sekali pendidikan pahlawan-pahlawan yang berjuang menegakkan terutama mempertahankan kemerdekaan secara nasional maupun secara lokal di Sumatera Selatan.

"Seperti Dr AK Gani yang kita kunjungi di sana di situ ya kita sambil Berdoa merenung bagaimana tongkat estafet yang saat ini kita pegang untuk mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia khususnya bagian mana kita mengisi menyongsong pembangunan di Sumatera Selatan khususnya di daerah kota Palembang, "katanya.

Pria yang juga pratisi Pendidikan di Sumsel ini berharap, sejarah lokal masuk dalam kurikulum.

Menurut dia, sejarah lokal sangat penting untuk diajarkan kepada anak didik. Sebab sejarah lokal merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan saat ini.

"Generasi muda juga harus dikenakan dengan pahlawan dan sejarah lokal, karena itu bagian dari diri mereka, "katanya.

Saat ini Kata dia, di Indonesia memiliki dua kurikulum KTSP dan K13. Ia berharap jangan terlalu banyak lagi kurikulum. Cukup satu saja kurikulum, dan tidak sering berganti ganti.

"Minimal setiap 10 tahun sekali ada revisi lagi mengenai kurikulum, dan sejarah lokal ada di dalamnya, "katan

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved