Breaking News

15 Orang Gila di Muaraenim Masih Dipasung

Masih ada sekitar 15 pasien penyandang Disabilitas Mental Psikotik (orang gila) dari Kabupaten Muaraenim yang kondisinya masih dipasung.

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/ARDANI ZUHRI
Kepala Panti Sosial Bina Laras Dharma Bakti Bengkulu Sumarno Sri Wibowo Aks MM bersama Asiten Pemerintahan Drs Bulgani Hasan, melakukan penandatangan bersama dalam penanganan pasien desabilitas mental psikotik di ruang aula Bappeda Muaraenim, Rabu (28/9). 

SRIPOKU.COM, MUARAENIM---Dari data Dinkes Muaraenim, sedikitnya masih ada sekitar 15 pasien penyandang Disabilitas Mental Psikotik (orang gila) dari Kabupaten Muaraenim yang kondisinya masih dipasung.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Panti Sosial Bina Laras Dharma Bakti Bengkulu Sumarno Sri Wibowo Aks MM, di ruang aula Bappeda Muaraenim, Rabu (28/9/2016).

"Rencananya, hari ini, semuanya akan kita lepas pasungnya, dan akan diobati dibawa ke RSJ Palembang," ujar Sumarno usai melakukan penandatanganan kesepakatan bersama dengan Pemkab Muaraenim.

Menurut Sumarno, dari data yang mereka dapat, di Indonesia ada sekitar 57 ribu pasien desabilitas mental psikotik ini. Di Sumsel sendiri ada 220 pasien dan sebanyak 77 pasien yang sudah berhasil disembuhkan dan telah kembali bermasyarakat, sedangkan sisanya sebanyak 143 pasien masih dalam perawatan baik yang berada di dalam panti maupun dengan melalui program home care.

Khusus di Kabupaten Muaraenim, kata Sumarno pasien desabilitas mental psikotik ada 40 orang yang sedang mengikuti program home care, sedangkan pasien yang dipasung ada 23 orang, dimana sebanyak tujuh orang sudah sembuh sehingga tinggal 15 pasien lagi yang masih dipasung. Dan rencananya hari ini, seluruh pasien tersebut akan diobati ke RSJ Palembang.

Untuk di Kabupaten Muaraenim tersebar di lima kecamatan yang saat ini akan dilakukan evakuasi oleh pihaknya yaitu Kecamatan Gunung Megang, Tanjung Agung, Ujan Mas, Semende Darat Ulu, dan Rambang Dangku.

Dikatakan Wibowo, yang menjadi perhatian khusus dari kementrian sosial adalah penanganan pra pemasungan, karena pemberian pemahaman kepada keluarga dan lingkungan menjadi faktor penting agar tindakan pemasungan tidak dilakukan.

Makanya sosialisasi menjadi penting untuk dilakukan evaluasi, yang selanjutnya dilakukan assessment untuk mengembalikan hak untuk hidup dan hak untuk bersosialisasi. Dimana, peranan keluarga serta lingkungan menjadi sangat penting, mendukung berhasil atau tidaknya mewujudkan Muaraenim bebas pasung 2017.

Dan untuk memotivasi pasien yang sudah sehat, lanjut Wibowo, adalah memberikan bantuan modal sebesar Rp 2 juta kepada korban (pasien), sebagai stimulan untuk digunakan membuka usaha seperti membuka warung, beternak, bengkel dan sebagainya tergantung minat dan bakat mereka masing-masing.

Sedangkan program Home Care sangat efisien. Selain memberikan pengobatan kepada pasien, keluarga dan lingkungan sekitar juga menjadi sasaran program dengan memberikan pengertian dan edukasi dalam menyikapi kondisi pasien agar kondisi pasien tidak berulang lagi.

"Kesembuhan tidak hanya dengan diobati tetapi pengaruh faktor sosial lingkungan juga ikut andil. Karena dari beberapa pengalaman, ketika pasien dinyatakan sembuh di rumah sakit, ketika kembali kerumah dan mendapat tekanan dari lingkungan, penyakitnya akan kambuh kembali," terangnya.

Sedangkan Menurut Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial Drs Bulgani Hasan didampingi, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Muaraenim, Drs M Teguh Jaya MM, pihaknya sangat mendukung penuh program dari Kementrian Sosial RI ini, karena sangat didambakan oleh masyarakat terutama yang kurang mampu.

Dia berharap kedepan Kabupaten Muaraenim, benar-benar bebas pasung serta kesadaran masyarakat semakin tinggi ketika ada keluarganya yang terkena Disabilitas mental psikotik, untuk segera dilaporkan dan diobati dengan menjalani pengobatan selama enam bulan secara rutin.

Setelah sembuh, akan diberikan pelatihan keterampilan oleh petugas selama kurang lebih tiga bulan dan diberikan modal untuk usaha. Namun yang terpenting, perlakuan lingkungan dan keluarga sangat diperlukan untuk membimbing penyembuhan sehingga benar- benar pulih.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved