Awalnya Menolak Dijodohkan, Wanita Ini Akhirnya Mau Menikah dengan Sopir Ayahnya Sendiri
Apa kata dunia?! Calon S2 kok cuma dapat sopir…?! Aku menangis di kamar, membayangkan semua mimpi buruk itu.
Penulis: Darwin Sepriansyah | Editor: Darwin Sepriansyah
SRIPOKU.COM --- Jodoh merupakan misteri yang hanya Allah Swt saja yang mengetahuinya.
Seperti disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, disaat manusia masih berada dalam perut ibunya,
“Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya…”
TERBARU & HEBOH: Sudah Pasrah Ditilang, Kapolda Masih Diminta Uang Damai oleh Oknum
Jodoh, termasuk rezeki seseorang. Jadi memang sudah ditentukan oleh Allah semenjak manusia belum diciptakan, dan sudah ditulis di Lauh Mahfuzh.
Dalam hal ini, kita tidak diperintahkan untuk memikirkan tentang takdir tersebut, tapi hanya diperintahkan untuk berusaha.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah, masing-masing akan dimudahkan melakukan apa telah dituliskan baginya.” (Riwayat Muslim).
Berikut sebuah kisah nyata seorang wanita yang tidak menyangka berjodoh dengan sopir ayahnya sendiri, yang diketik ulang oleh Akhanggas dari Majalah Nikah Sakinah Volume 10 no 5 untuk enkripsi.wordpress.com, 10 August 2011 lalu.
Meski cerita ini sudah cukup lama, tapi hikmah yang terkandung didalamnya tidak akan pernah usang. Selamat membaca....
Sopir mobil barang di UD (usaha dagang) milik bapak baru ganti sebulan ini. Bapak memang sengaja memberi tahu orang rumah bila ada orang baru di “UD’-nya.
Bukan apa-apa, sebab barang dagangan kadang transit di rumah dulu untuk dicek sebelum dibawa ke gudang. Aku, kakak atau ibu bergantian mengecek barang bila tak sibuk.
Dulu pernah kejadian ada orang mengaku sopir baru, pada akhirnya melarikan mobil bapak. Sejak itu, bapak mewajibkan orang rumah tahu semua karyawan bapak.
Waktu berjalan, genap sebulan sopir baru bapak bekerja. Masih muda, santun tak banyak bicara. Hampir setiap saat bapak memujinya. Yang baiklah, yang pinterlah yang serba bisalah, heran aku dibuatnya.
Pada anak-anak sendiri, nyaris bapak tak pernah memuji. Benarkah pujian itu?
Diam-diam kuamati sopir muda itu. Datang lebih cepat atau lepas Zhuhur itu jadwal kerjanya. Kata bapak, hal itu sudah diizinkannya.