Pemilihan Gubernur Sumsel

Survei LSI: Alex Noerdin Dibayangi Eddy Santana

Alex dengan tingkat keterkenalan 93 persen, artinya popularitas sebagai gubernur tidak diragukan lagi. Sementara angka elektabilitas

Penulis: Sutrisman | Editor: Sudarwan
Survei LSI: Alex Noerdin Dibayangi Eddy Santana - AL-ED.JPG
SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT/SUTRISMAN DINAH
Alex Noerdin (kiri) dan Eddy Santana Putra
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Hasil jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) per bulan September 2012, Gubernur Alex Noordin --selaku incumbent-- masih unggul dibandingkan empat bakal calon gubernur Sumatera Selatan lainnya.

Alex dengan tingkat keterkenalan 93 persen, artinya popularitas sebagai gubernur tidak diragukan lagi. Sementara angka elektabilitas, dari 400 responden di seluruh wilayah Sumsel, mencapai 27 persen.

Posisi ini hanya diimbangi nama Eddy Santana Putra, walikota Palembang, yang tingkat keterpilihan baru 22 persen.

Popularitas Eddy Santana baru 65 persen dengan sampling error (kesalahan akibat pemilihan responden) mencapai lima persen.
Dari pencomotan responden, Eddy Santana kalah terkenal dibandingkan Alex Noerdin.

Tiga nama bakal calon gubernur lainnya juga bupati, yakni  Ishak Mekki (bupati OKI), Ridwan Mukti (Musirawas) dan Herman Deru (bupati OKU-Timur), popularitas di mata respponden lebih dari 50 persen. Artinya, sebagian warga Sumsel sudah kenal dengan ketiga nama ini.

Ketiga nama calon yang muncul, memiliki tingkat keterpilihan berkisar angka 10 sampai 12 persen.

LSI merupakan jaringan survei khusus penyelenggaraan Pilkada yang disewa khusus oleh Tim Sukses ESP (Eddy Santana Putra).

"Ini hasil survei kita (PDI-Perjuangan), sekadar untuk mengukur calon yang kita majukan," ujar Ketua Tim Pemenangan ESP yang juga Sekretaris PDI- Perjuangan Sumsel, MA Gantada, di Palembang baru-baru ini.

Survei ini juga mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas calon bupati walikota, termasuk melihat siapa yang paling populer dan punya kans untuk memenangkan Pilkada Sumsel 2013.

Catatan Sripoku.com, dalam konteks pemilihan Gubernur DKI, calon gubernur incumbent dengan hasil popularitas (hasil survei menjelang pemilihan) mencapai 98 persen.

Artinya hampir seluruh warga DKI (ketika itu) mengenal Fauzie Bowo.

Foke mengungguli lima pasang calon lainnya dengan tingkat elektabilitas 36 persen.

Akhirnya hasil Pilgub DKI putaran-I Foke mengumpulkan dukungan 36 persen suara dan akhirnya kalah dari pasangan Jokowi-Ahok dengan angka perhitungan akhir 46:53 untuk kemenangan pasangan Jokowi-Ahok yang ketika itu menjabat Walikota Solo.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved