Berita Viral

KUBANGAN Maut di Proyek Perumahan Mewah, Enam Bocah Meninggal, Ketua RT : Air Jernih Ternyata Lumpur

Seorang balita berusia empat tahun yang tidak ikut mandi akhirnya pulang dan memberi tahu ibunya soal teman-temannya yang tenggelam

Editor: Welly Hadinata
Kompas.com
BERIKAN KETERANGAN : Ketua RT 37, Kelurahan Graha Indah, Andi Firmansyah, mengaku kecewa dengan sikap dan statement pejabat terkait tragedi tenggelamnya enam anak di kubangan pada Senin (17/11/2025) 
Ringkasan Berita:
  • Enam anak tewas tenggelam di kubangan bekas galian sedalam 1,5 meter di kawasan Grand City Balikpapan; kubangan terbentuk akibat lahan digusur dan ditimbun.
  • Ketua RT memaparkan kronologi di RDP DPRD Balikpapan dan mengkritik keras pengembang karena tidak pernah berkoordinasi serta tidak ada pengawasan lokasi.
  • RT meminta OPD segera memasang pagar pembatas dan mengevaluasi perizinan agar kejadian serupa tidak terulang.

SRIPOKU.COM – Tragedi tenggelamnya enam anak di kubangan air sekitar kawasan Perumahan Grand City, Kelurahan Graha Indah, Balikpapan Utara, pada Senin (17/11/2025), mendapat perhatian serius dari DPRD Kota Balikpapan.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) yang digelar Selasa (18/11/2025), Ketua RT 37 Andi Firmansyah memaparkan kronologi lengkap sekaligus melayangkan kritik keras terhadap pihak pengembang.

Kubangan Terbentuk dari Lahan Digusur hingga Turun 10 Meter

Andi menjelaskan bahwa kubangan tersebut terbentuk akibat penimbunan lahan yang sebelumnya digusur sehingga turun sekitar 10 meter.

Kondisi itu menciptakan cekungan berisi lumpur hidup dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.

“Anak-anak sering bermain di sana karena kondisi becek, dan setelah hujan airnya terlihat jernih,” ujarnya.

Pada hari kejadian, tujuh anak sepulang mengaji sempat mendatangi lokasi kubangan.

Enam anak memutuskan mandi karena mengira airnya dangkal.

“Mereka melompat, ternyata itu lumpur. Empat anak ditemukan berdekatan, diduga saling mencoba menolong,” jelasnya.

Seorang balita berusia empat tahun yang tidak ikut mandi akhirnya pulang dan memberi tahu ibunya soal teman-temannya yang tenggelam.

“Andai anak empat tahun itu ikut berenang, mungkin sampai hari ini kita belum tahu ada kejadian apa-apa karena tidak ada yang melapor,” kata Andi.

Enam Korban, Empat di Antaranya Saudara Kandung

Tragedi itu menelan enam korban jiwa yakni Alfa Kaltiana Hadi (12), Ica Nawang (11), Arafa Lirman Azka Faiez (8), dan sepupunya Anaya Zaira Azarah (5) yang merupakan warga RT 68. 

Dua korban lainnya adalah ‎Muhammad Rifai (9) dan ‎Kartika Ardayanti (9), warga RT 37.

“Jarak antara rumah korban dan lokasi sekitar 500 meter dan dapat diakses dengan mudah tanpa pembatas apa pun,” ungkap Andi.

RT Kritik Keras Pengembang: Tidak Pernah Koordinasi

Andi menyesalkan tidak adanya komunikasi antara manajemen Grand City dan pihak RT.

“Selama ini tidak ada koordinasi dengan kami kalau ada pekerjaan di lingkungan. Andaikan pihak Sinarmas masih beraktivitas di lokasi itu, saya yakin kejadian ini tidak akan terjadi karena lokasi pasti terawasi,” tegasnya.

Ia juga menanggapi pernyataan Wakil Wali Kota yang menyebut tanah tersebut bukan milik Sinarmas.

“Betul mungkin bukan milik Sinarmas, tapi akibatnya muncul karena ada sebab. Tidak mungkin rokok terbakar kalau tidak ada api,” ujarnya.

Dengan suara bergetar, ia meminta pertanggungjawaban semua pihak.

“Jangan jadikan warga kami tumbal proyek. Jangan bekerja dulu baru direncanakan. Sudah ada korban baru ada pertemuan seperti ini,” katanya.

Andi juga menyayangkan tidak adanya pejabat yang datang ke rumah duka.
“Jangan hanya turun pas cari suara saja,” sindirnya.

RT Minta Lokasi Dipagari

Sebagai langkah pencegahan, Andi meminta OPD terkait mengkaji ulang prosedur perizinan dan segera membuat pagar pembatas di area berbahaya tersebut.

“Saya mohon pagar lokasi itu dibuat, lebih cepat lebih baik. Jangan tunggu ada korban lagi,” pungkasnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved