Berita Viral

JENDERAL yang Pernah Tugas di Sumsel Ini Sebut Posisi Kapolri Itu Ibaratnya 'Dewa Pencabut Nyawa'

Sosok itu adalah Napoleon Bonaparte dengan pangkat terakhir di kepolisian jenderan bintang dua yakni Inspektur Jenderal (Irjen) .

|
Editor: Welly Hadinata
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PENSIUNAN JENDERAL POLISI : Napoleon Bonaparte, pensiunan jenderal polisi yang menyebut Posisi Kapolri Itu Ibaratnya 'Dewa Pencabut Nyawa' 

Ringkasan Berita

  • Napoleon Bonaparte menyebut kewenangan Kapolri ibarat “Dewa Pencabut Nyawa” dan menyatakan reformasi Polri tidak akan efektif.
  • Napoleon pernah menjabat sebagai Kadiv Hubinter Polri dan memiliki karier panjang di institusi kepolisian sejak menjadi Kapolres OKU pada 2006.
  • Ia dijatuhi hukuman 4 tahun penjara atas kasus suap terkait penghapusan red notice Djoko Tjandra, di mana ia terbukti menerima ratusan ribu dolar dari buronan tersebut, yang mencoreng citra Polri.

SRIPOKU.COM - Sosok pensiunan jenderal polisi ini mendadak jadi sorotan publik.

Sosok itu adalah Napoleon Bonaparte dengan pangkat terakhir di kepolisian jenderal bintang dua yakni Inspektur Jenderal (Irjen) .

Nama Napoleon Bonaparte mencuat setelah ibaratkan kewenangan Kapolri seperti Dewa Pencabut Nyawa.

Mantan Kadiv Hubinter Polri Irjen (Purn) Napoleon Bonaparte ikut menanggapi pembentukan Tim Transformasi dan Reformasi Polri.

Yang unik dari pernyataannya, Napoleon mengibaratkan kewenangan Kapolri saat ini seperti Dewa Pencabut Nyawa.

Awalnya, Napoleon menegaskan bahwa reformasi di tubuh Polri tidak akan berjalan optimal selama kewenangan Kapolri terlalu besar.

Menurutnya, perubahan yang nyata hanya bisa terjadi jika ada pembatasan kekuasaan di level tertinggi.

“Reformasi polisi ini yang bagus, tapi harus dimulai dari puncak, dari atas. Karena saya yakin, dari bintang tiga ke bawah, semuanya takut sama Kapolri dan tidak mau bertentangan,” ujar Napoleon dalam seminar nasional bertajuk “Ke Arah Mana Reformasi Kepolisian Saat Ini?” yang digelar pada Rabu (8/10/2025), melansir dari Tribunnews.

Acara ini turut dihadiri oleh Kalemdiklat Polri, Komjen Pol Chryshnanda Dwilaksana, yang juga merupakan Ketua Tim Transformasi Reformasi Polri.

Napoleon menekankan bahwa tanpa mekanisme kontrol yang jelas, kekuasaan absolut Kapolri justru menghambat kemajuan reformasi.

“Buatlah ketentuan membatasi kewenangan Kapolri ini. Jangan lagi seperti dewa pencabut nyawa, seperti yang selama ini kita lakukan,” tegasnya.

Napoleon menambahkan, banyak perwira menengah dan bawah sebenarnya memiliki keinginan untuk mendorong perubahan, namun terhalang budaya komando yang sangat kaku.

“Bintang tiga ke bawah itu banyak yang ingin berubah, tapi mereka takut. Reformasi tidak akan jalan kalau takut sama atasan sendiri,” jelasnya.

Ia juga memberi semangat kepada Komjen Chryshnanda agar terus mendorong perubahan struktural di Polri tanpa ragu.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved